Nice, 10 Syawal 1437/15 Juli 2016 (MINA) – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama mengecam serangan truk di Nice, Prancis pada Kamis (14/7) malam dan menyebutnya sebagai sebuah serangan teror mengerikan.
Dalam pernyataannya, Obama menawarkan bantuan kepada pemerintah Prancis yang saat ini tengah melakukan investigasi terhadap insiden itu untuk menyeret para pelaku ke pengadilan, demikian abcnews melaporkan.
“Atas nama rakyat Amerika, saya mengutuk serangan teroris mengerikan di Nice, Prancis, yang menewaskan dan melukai puluhan warga yang tidak bersalah, doa kami untuk keluarga dan orang yang dicintai dari mereka yang tewas, dan kami berharap pemulihan penuh bagi orang yang terluka,” lanjutnya.
Seperti diketahui sebelumnya bahwa sebuah truk yang sarat dengan granat dan senjata api menabrak kerumunan warga saat perayaan Hari Bastille, di Nice, Prancis, menurut pejabat setempat.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazaneuve mengatakan bahwa 80 orang tewas, dan lebih dari 100 orang terluka, termasuk 18 lainnya dalam kondisi kritis. Dia menambahkan bahwa semua demonstrasi akan dilarang di Nice selama beberapa hari ke depan.
Sementara itu, Christian Estrosi, Walikota Nice, mengatakan kepada televisi Prancis bahwa pengemudi setelah menghantam kerumunan massa, lalu menembaki kerumunan, dan polisi berhasil membunuhnya. Setelah diselidiki ternyata truk penuh dengan senjata dan granat.
“Truk itu dikendalikan oleh seseorang yang tampaknya memiliki agenda yang benar-benar telah direncanakan,” kata Estrosi.
Dalam kesempatan terpisah, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan bahwa negaranya memperpanjang masa darurat selama tiga bulan. Dia mengatakan, belum jelas apakah penyerang memiliki jaringan lain atau tidak.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
“Serangan yang baru saja terjadi adalah sebuah tindakan mengerikan, menggunakan truk untuk sengaja membunuh puluhan orang yang sedang merayakan hari nasional 14 Juli,” jelas Hollande. (T/P011/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas