Addis Ababa, MINA – Oposisi bersenjata Sudan Selatan pada Kamis (21/6) menolak “pengenaan” perjanjian damai dan mengatakan, diperlukan lebih banyak waktu untuk menjamin perdamaian abadi dan mengatasi akar penyebab perang saudara di negara itu.
Di hari itu, setelah hampir dua tahun, Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan pemimpin oposisi Riek Machar bertatap muka untuk pertama kali di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.
Padahal sebelumnya, oposisi menyebut pertemuan mantan rekan seperjuangan itu “ramah” dan mengatakan bahwa kedua belah pihak membahas prospek perdamaian “dalam arti luas”.
Namun, oposisi memperingatkan bahwa model saat ini untuk proses perdamaian adalah “tidak realistis” dan “tidak ada jalan pintas menuju perdamaian”.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
“Untuk setiap dialog yang berarti akan terjadi, itu harus dalam konteks penyelesaian politik yang komprehensif,” kata kelompok itu, demikian Al Jazeera melaporkan.
Perang saudara di Sudan Selatan telah berlangsung selama lima tahun dan menewaskan puluhan ribu orang. Sementara lebih dari 3 juta orang telah dipaksa mengungsi. (T/RI-1/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu