Gaza City, MINA – Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, pabrik-pabrik pakaian di Jalur Gaza kembali beroperasi membuat masker, sarung tangan dan baju pelindung berkapasitas penuh, yang sebagian di antaranya diperuntukkan ke Israel.
Ini adalah garis hidup ekonomi yang langka di wilayah pantai yang telah diblokade oleh Israel dan Mesir sejak 2007. Blokade dan tiga perang antara Hamas dan Israel, telah menghancurkan ekonomi lokal, dengan pengangguran meroket sekitar 50 persen.
Sejauh ini, sebagian besar Gaza terhindar dari pandemi virus corona dengan hanya 17 kasus yang terdeteksi, semuanya dalam fasilitas karantina yang dibuat untuk warga yang kembali dari luar negeri.
Rizq Al-Madhoun, pemilik perusahaan garmen Bahaa, mengatakan, ia telah memproduksi lebih dari 1 juta masker dalam tiga pekan terakhir.
Baca Juga: UNICEF: 2.500 Anak Gaza Harus Dievakuasi untuk Perawatan Medis di Luar Negeri
“Semua untuk pasar Israel,” katanya, demikian dikutip dari Times of Israel.
Gaza mungkin tidak memiliki mesin canggih seperti tempat lain, tetapi dia mengatakan, keterampilan menjahit warga tidak tertandingi.
“Pekerja Gaza dibedakan dalam pekerjaan tangan dan mereka lebih baik daripada pekerja di Cina atau Turki,” katanya.
Pabrik lain, Unipal 2000, mampu mempekerjakan 800 pekerja di dua sif untuk menghasilkan peralatan pelindung sepanjang waktu.
Baca Juga: Israel akan Ajukan Banding terkait Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Kedua pabrik mengimpor kain dan bahan lainnya dari pelanggan di Israel dan kemudian memproduksi barang-barang seperti masker, sarung tangan dan baju bedah. Unipal menghasilkan sekitar 150.000 lembar sehari. Ia menerima permintaan tinggi karena negara-negara di seluruh dunia sedang dalam kekurangan.
Ditanya tentang melakukan bisnis dengan pelanggan Israel, kedua pemilik pabrik mengatakan, mereka tidak ingin membahas politik dan membingkai pekerjaan mereka dalam hal kebutuhan bisnis dan kemanusiaan. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Biden Setujui Pengiriman Senjata Baru ke Israel Senilai 680 Juta USD