Tanjung Balai, 28 Syawwal 1437/2 Agustus 2016 (MINA) – Sekretaris Pusat Advokasi Hak Asasi Manusia (PAHAM), Khairul Anwar HS meminta kepolisian untuk bisa adil menangani kerusuhan yang terjadi di Tanjung Balai, Sumatera Utara.
“Kami meminta kepada pihak yang berwenang agar bisa adil dalam menangani masalah ini, jangan berat sebelah,” kata Khairul kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Jakarta, Selasa (2/8).
Pengacara yang langsung turun tangan mengawal kasus ini mengatakan bahwa hanya pihak Islam yang ditahan dan dinyatakan bersalah.
“Untuk sementara ini ada 10 orang dari Muslim yang ditahan, sementara oknum yang membuat kericuhan malah dilindungi dan hanya sebatas dijadikan saksi,” terangnya.
Baca Juga: Pembebasan Al-Aqsa Harus Diperjuangkan Secara Spiritual, Historis, dan Geopolitik
Khairul menegaskan kepada kepolisian agar oknum yang bersangkutan dikenakan pasal penistaan agama.
Menurutnya, peristiwa yang terjadi pada Jumat (29/7) malam itu terjadi akibat kesenjangan sosial antara pribumi dan masyarakat Tionghoa.
“Ini terjadi karena adanya kesenjangan sosial antara pribumi dengan Cina, karena masyarakat setempat merasa gerah dengan prilaku minoritas Tionghoa ini yang berbuat semena-mena,” ungkapnya.
Dia mengkhawatirkan jika kasus ini dibiarkan akan terus terjadi dan pemerintah tidak adil dalam menangani kericuhan ini, kedepannya akan menjadi masalah yang lebih besar.
Baca Juga: Ketua YPSP: Perang di Gaza Belum Berakhir, Perjuangan Palestina Terus Berlanjut
Khairul berpesan kepada masyarakat untuk tetap menjaga situasi kondusif di Kota Tanjung Balai, Medan Sumatera Utara.
Khairul menjelaskan bahwa ketegangan terjadi bermula saat seorang perempuan paruh baya berkebangsaan Tionghoa merasa terganggu terhadap suara adzan yang berkumandang di masjid.
“Orang Cina itu merasa terganggu dengan suara adzan dan mendatangi pengurus masjid untuk tidak membuat suara yang menurutnya mengganggu telinganya,” ujarnya.
Ulah yang dilakukan oleh etnis Tionghoa ini tidak hanya sekali terjadi. Menurut Khairul Anwar, suasana memanas karena warga sudah tahan lagi dengan prilaku yang terus menerus dilakukan oleh etnis minoritas sejak Ramadhan lalu.
Baca Juga: Pembukaan Bedah Buku Palestina, Ketua BSP 2025: Kita Perlu Paham Akar Sejarah Secara Utuh
“Kemarin itu, warga sudah memuncak kekesalannya seperti gunung es, karena sejak Ramadhan kemarin mereka sudah kesal sekali dengan prilaku keluarga ini,” tutupnya.(L/P004/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Imaam Yakhsyallah: Hadapi Zionis dengan Ilmu dan Pengamalan Al-Qur’an
















Mina Indonesia
Mina Arabic