Jakarta, MINA – Pakar psikologis lembaga medis kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) Agus Sudarmaji, membantah jika faktor tekanan psikis dapat menyebabkan kematian.
Bantahan tersebut mengomentari fenomena meninggalnya ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019. Data terkini petugas KPPS meninggal 412 orang, personel Polri 22 orang dan pengawas 72 orang, sementara korban sakit 3.658 orang.
“Secara psikologis, tidak ada penyakit kejiwaan yang menyebabkan mati mendadak. Jikapun ada, yang sifatnya syok, tapi yang syoknya over, tekanan tinggi yang membuat orang tidak bisa berbuat apa-apa, membuat syarafnya terblokir, tapi tidak membuat langsung mati,” kata Agus kepada MINA Jumat (3/5) di kantor MER-C, Jakarta.
Menurutnya, yang menarik dalam fenomena korban petugas KPPS ini bahwa tidak ada korban yang depresi, tapi tiba-tiba ngedrop.
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga
“Dalam kacamata psikologi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), orang yang sedang bekerja harus dipastikan dilindungi dari berbagai tekanan, sehingga bisa menghasilkan kerja yang baik sampai menghasilkan output yang diharapkan, yaitu selesainya penghitungan suara dengan tertib,” katanya.
Menurutnya, bertumbangannya petugas-petugas KPPS ini perlu diselidiki karena ini sangat menarik bagi tinjauan medis dan psikologis.
“Faktor kelelahan dan tekanan psikis tidak langsung menyebabkan kematian. Jadi masih tanda tanya besar,” tambahnya.
MER-C telah membentuk Tim Mitigasi Kesehatan Bencana Pemilu 2019 untuk mencari tahu penyebab kematian ratusan petugas Pemilu 2019 tersebut dan melakukan pencegahan adanya korban berikutnya, termasuk menyediakan Call Center Tim Bantuan Penanganan Medis Petugas Pemilu 2019. (L/RI-1/P1)
Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III