Pakar Psikologis MER-C Bantah Tekanan Psikis Bisa Sebabkan Kematian

Pakas psikologis lembaga medis kemanusiaan MER-C Agus Sudarmaji. (Foto: Rudi Hendrik/MINA)

Jakarta, MINA – Pakar lembaga medis kemanusiaan MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) , membantah jika faktor tekanan psikis dapat menyebabkan kematian.

Bantahan tersebut mengomentari fenomena meninggalnya ratusan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) . Data terkini meninggal 412 orang, personel Polri 22 orang dan pengawas 72 orang, sementara korban sakit 3.658 orang.

“Secara psikologis, tidak ada penyakit kejiwaan yang menyebabkan mati mendadak. Jikapun ada, yang sifatnya syok, tapi yang syoknya over, tekanan tinggi yang membuat orang tidak bisa berbuat apa-apa, membuat syarafnya terblokir, tapi tidak membuat langsung mati,” kata Agus kepada MINA Jumat (3/5) di kantor MER-C, Jakarta.

Menurutnya, yang menarik dalam fenomena korban petugas KPPS ini bahwa tidak ada korban yang depresi, tapi tiba-tiba ngedrop.

“Dalam kacamata psikologi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja), orang yang sedang bekerja harus dipastikan dilindungi dari berbagai tekanan, sehingga bisa menghasilkan kerja yang baik sampai menghasilkan output yang diharapkan, yaitu selesainya penghitungan suara dengan tertib,” katanya.

Menurutnya, bertumbangannya petugas-petugas KPPS ini perlu diselidiki karena ini sangat menarik bagi tinjauan medis dan psikologis.

“Faktor kelelahan dan tekanan psikis tidak langsung menyebabkan kematian. Jadi masih tanda tanya besar,” tambahnya.

MER-C telah membentuk Tim Mitigasi Kesehatan Bencana Pemilu 2019 untuk mencari tahu penyebab kematian ratusan petugas Pemilu 2019 tersebut dan melakukan pencegahan adanya korban berikutnya, termasuk menyediakan Call Center Tim Bantuan Penanganan Medis Petugas Pemilu 2019. (L/RI-1/P1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.