Kairo, MINA – Para pemimpin Mesir, Israel dan Uni Emirat Arab (UEA), bertemu dalam pertemuan puncak, Selasa (22/3), dengan berbagai agenda pembicaraan mempererat hubungan ketiga negara, UEA menormalkan hubungan dengan Israel, krisis energi dan pangan yang dialami Mesir setelah invasi Rusia ke Ukraina, kesepakatan nuklir Iran, situasi kawasan dan situasi internasional.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi menjadi tuan rumah pembicaraan di resor Laut Merah Sharm el-Sheikh, dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett dan penguasa de facto UEA Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan sebagai tamunya, Al Jazeera melaporkan.
Bennett dan Mohammed masing-masing juga telah mengadakan pembicaraan bilateral dengan el-Sisi pada hari Senin.
Kepresidenan Mesir mengatakan, ketiga pemimpin membahas energi, stabilitas pasar, dan ketahanan pangan.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Sebuah pernyataan dari kantor Bennett mengatakan, “Para pemimpin membahas hubungan antara tiga negara dalam konteks perkembangan terakhir di dunia dan kawasan, dan cara untuk memperkuat hubungan mereka di semua tingkatan.”
Media Israel mengatakan, para pemimpin juga membahas laporan bahwa Iran dan kekuatan Barat, termasuk Amerika Serikat, hampir mencapai kesepakatan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015, yang ditentang keras oleh Israel.
Mesir, khususnya, sedang menghadapi tantangan di bidang energi dan ketahanan pangan setelah perang di Ukraina membuat harga komoditas melonjak, mendorong Kairo pada hari Senin untuk mendevaluasi mata uangnya sebesar 14 persen.
Perang juga membuat Mesir menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk kebutuhan impor gandum yang besar, serta hilangnya pendapatan pariwisata dari pengunjung Rusia dan Ukraina ke resor Laut Merah.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Rusia dan Ukraina adalah pemasok utama gandum ke Mesir, yang sering kali merupakan importir terbesar dunia. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata