Para Pendusta yang Tidak Beriman

Ilustrasi. (Gambar: dok. loop.co.id)

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يَفۡتَرِى ٱلۡكَذِبَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِ‌ۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡڪَـٰذِبُونَ

Artinya, “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang .” (QS. An-Nahl [16] ayat 105).

Perkembangan teknologi informasi sangat pesat dan menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan manusia dan semua sisi-sisi kehidupan dapat tertuang ke dalamnya.

Berbagai jenis media sosial yang diciptakan oleh para penggiat zaman modern dalam kurun waktu yang singkat bisa menjadi budaya yang mengakar di suatu bangsa, tanpa perlu adanya sosialisasi yang terprogram dari bangsa itu sendiri.

Mengenai baik buruknya media, internet dan alat teknologi komunikasi, telah diumpamakan seperti sebuah pisau. Baik buruknya suatu alat, tergantung pada baik buruknya orang yang menggunakannya. Pisau akan sangat bermamfaat di tangan seorang koki dalam membuat sebuah hidangan lezat. Namun, pisau akan berubah fungsi menjadi buruk jika berada di tangan seorang kriminal.

Salah satu fenomena yang menjamur di internet atau di media sosial adalah berita palsu atau yang lebih tenar dengan nama “”.

Media sosial bukanlah mesin robot yang bergerak atau bermain sendiri di dalam fungsinya, tapi semua dioperasikan oleh jutaan manusia dengan berbagai karakter dan berbagai kepentingan atau tujuan.

Di masa ratusan tahun yang lalu, alat komunikasi hanya sebatas panca indera manusia. Namun kini, alat komunikasi itu telah dilengkapi sarana kecanggihan teknologi sehingga pergaulan sehari-hari semakin mudah dan semakin luas, seolah tanpa batas dinding dan waktu.

Dengan perkembangan saat ini, seseorang bisa berkomunikasi dengan orang lain tanpa diketahui wajah dan identitasnya. “Kelebihan” itu ternyata banyak disalahgunakan oleh para pegiat media sosial. Dengan cara itu mereka dengan mudah mencaci maki, menfitnah, bahkan menyebarkan info dan berita bohong alias hoax.

Di masa ini, dengan dukungan berbagai jenis media sosial, mungkin separuh dari komunikasi manusia telah berubah wujud ke dalam bentuk tulisan. Sehingga, tulisan pesan atau status di akun media sosial secara otomatis mewakili lidah seseorang.

Menjadi petanyaan tersendiri, mengapa seseorang suka menyebarkan berita dusta ke media sosial yang ia tahu bahwa berita dan informasi palsu itu akan dibaca oleh banyak manusia lain dan menyikapinya dengan beragam.

Ada beberapa motif, mengapa seseorang gemar menyebarkan berita palsu di media sosial, di antaranya:

  1. Bertujuan menjatuhkan individu atau kelompok tertentu. Penyebaran berita atau info hoax dengan motif seperti ini biasanya dilakukan para pendukung politisi atau kelompok tertentu yang memiliki kebencian terhadap individu atau kelompok lain. Berita hoax-nya kerap kali menyasar sosok figur terntentu yang sedang berseteru, baik seteru secara pribadi atau secara politik.
  2. Bermotif komersil. Berita hoax yang disebar dengan dasar motif ini biasanya dibuat oleh para pemilik situs atau media yang tidak bertanggung jawab. Pembuat berita sengaja menyebar beritanya ke media sosial dengan bumbu hoax yang semenarik mungkin, agar jutaan pengguna media sosial mau berkunjung ke situsnya. Semakin banyak pengunjung membuka situsnya, maka semakin besar peluang ia mendapatkan uang secara daring (online) dari iklan atau Google. Motif ini telah terbukti dari pengakuan beberapa oknum yang mendapat penghasilan besar dari membuat dan menyebarkan berita hoax.
  3. Bermotif kecewa terhadap pemerintah. Pembuat berita hoax motif ini biasanya dilakukan oleh orang biasa atau aktivis yang merasa kecewa dengan kinerja pemerintah, sehingga berita bohongnya bertujuan mermperburuk citra pemerintah.
  4. Bermotif berbagi informasi saja. Penyebar biasanya bukan pembuat, tetapi pengkonsumsi berita hoax. Karena faktor mudah percaya dan tidak berniat tabayyun (mencari tahu kebenarannya) lagi, pengkonsumsi kemudian turut menyebar berita hoax tersebut dengan maksud berbagi informasi agar banyak orang tahu, padahal hakekatnya berita itu adalah dusta.

Fenomena ini menunjukkan bahwa demikian mudahnya manusia di masa kini melakukan perbuatan dusta, bahkan dijadikan profesi yang menguntungkan.

Bagi mereka yang faktanya memang orang-orang kafir, mungkin tidak perlu diherankan, mengapa mereka gemar menyebarkan berita bohong. Namun, menjadi masalah bagi orang-orang yang memiliki iman Islam.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berulang kali mengecam para pendusta, sebagaimana dalam firmannya,

فَمَنۡ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡاْ نَدۡعُ أَبۡنَآءَنَا وَأَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَہِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡڪَـٰذِبِينَ

Artinya, “Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), ‘Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu, kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta’.” (QS. Ali Imran [3] ayat 61).

Berdusta adalah termasuk salah satu perbuatan terkutuk, tercela dan termasuk pula deretan dosa-dosa besar.

قُتِلَ ٱلۡخَرَّٲصُونَ

Artinya, “Terkutuklah orang-orang yang banyak berdusta.” (QS. Adz-Dzariyat [51] ayat 10).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dalam hadits yang dibawakan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, bersabda,

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ(وفى رواية لمسلم: إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ) حَتَّى يَكُوْنَ صِدِّيْقًا. وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُوْرِ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ(وفى رواية لمسلم: وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ) حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّاباً. رواه البخاري ومسلم

Artinya, “Sesungguhnya kejujuran akan membimbing menuju kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk jujur, sampai akhirnya ia menjadi orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya kedustaan akan membimbing menuju kejahatan, dan kejahatan akan membimbing menuju neraka. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk dusta, sampai akhirnya ia benar-benar tertetapkan di sisi Allâh sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lafal di atas adalah lafal Bukhari, lihat Shahih al-Bukhari, Fathul Bari X/507, no. 6094, dan Shahih Muslim Syarh an-Nawawi).

Dalam hadits Samurah bin Jundub radhyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengungkapkan jenis ancaman dan hukuman di akhirat bagi pendusta.

رَأَيْتُ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي، قَالاَ: اَلَّذِى رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ، يَكْذِبُ بِالْكَذْبَةِ تُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغُ الآفَاقَ، فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. رواه البخاري

Artinya, “Aku melihat dua orang (Malaikat), keduanya berkata, ‘Orang yang engkau lihat disobek mulutnya hingga telinga, adalah seorang pendusta. Ia berdusta dengan kedustaan, dibawanya kedustaan itu berkeliling atas nama dirinya hingga mencapai ufuk, maka dibuatlah ia sebagai pendusta sampai hari kiamat’.” (HR. Bukhari. Lihat Shahih al-Bukhari, Fathul Bari X/507, no. 6096).

Masih banyak ancaman bagi para pembuat berita bohong atau hoax sehingga ia dicap sebagai pendusta sampai hari akhir nanti.

Hanya ketakutan kepada azab Allah yang bisa membuat kita berhenti untuk berdusta, baik melalui lisan langsung atau pun yang terwakilkan melalui tulisan. Wallahu ‘alam bishshawwab. (RI-1/RS3)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: bahron

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.