Beirut, MINA – Parlemen Lebanon yang terpecah pada Kamis (10/11) gagal memilih presiden baru untuk kelima kalinya, dengan jabatan itu kosong sejak mandat Michel Aoun berakhir bulan lalu.
Michel Moawad, ayah dari Rene Moawad pernah menjabat sebagai presiden, adalah yang terdepan di parlemen dengan 128 kursi. Ia hanya mendapat 44 suara pada Kamis, masih jauh dari mayoritas dua pertiga – atau 86 suara – yang dibutuhkan untuk menang.
Parlemen terpecah antara pendukung gerakan Hizbullah yang kuat dan lawan-lawannya, keduanya tidak memiliki mayoritas yang jelas di parlemen, The New Arab melaporkan.
Hizbullah menolak pencalonan Moawad yang dianggap dekat dengan Amerika Serikat, dan menyerukan “kandidat kompromi” untuk ditemukan.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Sementara itu, sebagian besar anggota parlemen dari bloknya merusak surat suara mereka.
“Tidak ada kubu yang dapat memaksakan seorang kandidat. Sebuah kompromi harus ditemukan dan pemahaman yang dicapai pada seorang kandidat dapat diterima oleh semua orang,” kata Wakil Ketua Elias Bou Saab beberapa hari sebelumnya.
Pemilihan Aoun sendiri pada tahun 2016 mengikuti kekosongan lebih dari dua tahun di Istana Kepresidenan ketika, anggota parlemen melakukan 45 upaya gagal untuk mencapai konsensus tentang seorang kandidat.
Tetapi kekosongan tahun ini terjadi ketika Lebanon dicengkeram oleh krisis keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah mendorong sebagian besar penduduk ke dalam kemiskinan sejak 2019.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Namun, sejak Mei Lebanon hanya memiliki pemerintahan sementara, yang tidak memiliki wewenang untuk mendorong reformasi besar-besaran yang dituntut oleh Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai syarat untuk mengeluarkan miliaran dolar dalam bentuk pinjaman darurat. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata