Rabat, Maroko, 7 Muharram 1438/9 Oktober 2016 (MINA) – Partai Islam Maroko, Partai Keadilan dan Pembangunan (PJD) memenangkan pemilihan umum parlemen dengan perolehan suara signifikan.
Hasil penghitungan suara resmi, Sabtu (8/10) waktu setempat, menunjukkan PJD meraup 125 dari total 395 kursi di parlemen. Partai ini telah memimpin koalisi pemerintahan sejak 2011.
“Sementara partai oposisi, Partai Kebenaran dan Modernitas (PAM), berada di posisi kedua dengan 102 kursi,” ungkap Kementerian Dalam Negeri setelah proses penghitungan selesai sebagaimana dilaporkan Al Jazeera yang dikutip MINA.
Baca Juga: Bank dan Toko-Toko di Damaskus sudah Kembali Buka
Partai paling tua di Maroko, Partai Istiqlal, yang didirikan pada 1944, menempati posisi ketiga dengan 46 kursi, kemudian diikuti National Rally of Independent (RNI) dengan 37 kursi, dan Gerakan Populer (MP) yang beroleh 27 kursi.
Hasil positif yang diraih PJD merepresentasikan kuatnya dukungan publik terhadap partai berkuasa, meski kritikan-kritikan yang dilontarkan kalangan oposisi bahwa partai Islam itu telah gagal meraih hasil nyata dalam lima tahun berkuasa.
“Ini hari yang penuh kegembiraan dan sebuah kemenangan untuk demokrasi,” kata Sekretaris Jenderal PJD yang juga mantan perdana menteri, Abdelilah Benkirane, di hadapan para pendukung.
“Rakyat Maroko telah memberikan ganjaran kepada PJD atas karya yang kita lakukan di periode sebelumnya,” ia menambahkan.
Baca Juga: Ratu Elizabeth II Yakin Setiap Warga Israel adalah Teroris
Sementara juru bicara PAM, Khaled Adnoun, menyatakan puas dengan hasil pemilu dan mengesampingkan segala kemungkinan untuk berkoalisi dengan PJD.
“Kami senang dengan hasil hasil pemilu ini, meski kami berharap bisa meraup lebih banyak kursi. Namun, saat ini kami beroleh hasil lebih baik ketimbang pada 2011,” ujar Adnoun.
Mengacu pada ketentuan dalam konstitusi 2011, perdana menteri dipilih dari partai yang meraih suara terbanyak di pemilu.
Dengan kemenangan tersebut, Raja Mohammed VI dari PJD tampaknya akan mengajak partai-partai lain untuk memimpin koalisi pemerintahan baru untuk periode kedua berturut-turut, partai pertama yang yang melakukannya dalam sejarah moderen negara kerajaan itu.
Baca Juga: AS Pertimbangkan Hapus HTS dari Daftar Teroris
Pemilu Maroko secara umum berlangsung mulus, dengan tingkat partisipasi pemilih yang relatif kecil yakni sekitar 43%. Partisipasi pemilih yang minimal itu dipandang luas sebagai pesan ketidakpuasan publik terhadap partai-partai yang ada, yang masih tidak bisa memotivasi rakyat Maroko, dan khususnya kaum muda.
Kepada Aljazeera, banyak warga mengekspresikan ketidakpuasan dan kebencian mereka terhadap buruknya performa pemerintahan-pemerintahan sebelumnya dan politikus negara itu. Para warga memandang pemerintah dan politikus masih belum mampu menyentuh dan mengatasi masalah-masalah mendasar mereka.
“Kami butuh pekerjaan, akomodasi yang layak, sistem kesehatan yang bagus, dan pendidikan yang baik. Korupsi yang masih meluas di sektor publik dan bisnis harus segera diakhiri juga,” kata seorang pegawai bank kepada Aljazeera.
Menurut data Bank Dunia, lebih dari seperlima kaum muda di Maroko tidak memiliki pekerjaan. (P022/P001)
Baca Juga: Mahasiswa Yale Ukir Sejarah: Referendum Divestasi ke Israel Disahkan
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)