Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pasca Upaya Kudeta, Keanggotaan Turki di Uni Eropa Tertunda

Ali Farkhan Tsani - Selasa, 19 Juli 2016 - 04:36 WIB

Selasa, 19 Juli 2016 - 04:36 WIB

424 Views

ISTANBUL, Turkey: Turkish Prime Minister Recep Tayyip Erdogan delivers a speech in Istanbul on 12 October 2005 during the visit of German Chancellor Gerhard Schroeder. Their talks were expected to focus on bilateral issues but also on the start of Turkey's membership negotiations with the European Union. AFP PHOTO DDP/MARCUS BRANDT (Photo credit should read MARCUS BRANDT/AFP/Getty Images)

London, 13 Syawwal 1437/18 Juli 2016 (MINA) – Pengajuan keanggotaan Turki untuk menjadi bagian dari Uni Eropa sementara tertunda pasca percobaan kudeta di negara itu.

Seperti disebutkan Express media berbasis di London, jalan negara itu menuju suksesi di Uni Eropa bahkan bisa mencapai jalan buntu menyusul penangkapan massal dan rencana untuk mengajukan hukuman mati bagi para tersangka kudeta.

Komisioner senior Uni Eropa menyatakan pada Senin (17/7/2016) bahwa unsur-unsur dari kekacauan berdarah yang membuat Erdogan dengan cepat menangkap 8.000 hakim, tentara dan polisi segera setelah kekerasan.

Bahkan Belgia, salah satu sekutu terbesar Ankara di Brussels, menyatakan bahwa peristiwa baru-baru ini di Turki akan menimbulkan masalah serius bagi hubungan negara itu dengan Uni Eropa.

Baca Juga: Dewan Lokal Prancis Desak Israel Dikeluarkan dari Acara Paris Air Show

Erdogan dinilai telah mendesak warga untuk turun ke jalan menentang aksi kudeta militer.

Presiden Parlemen Eropa Martin Schulz mengatakan, “Seorang pria dengan aturan dan keputusan yang sewenang-wenang tidak dapat diterima di negara yang tidak hanya sekutu strategis tetapi juga calon keanggotaan ke Uni Eropa.”

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Marc Ayrault mengatakan ada “kecurigaan” tentang apakah Turki masih sekutu yang layak untuk Eni Eropa, dan mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa, “Mari kita jujur tentang hal ini.”

Dia juga berjanji untuk mengangkat masalah ini dan apakah Turki masih mitra serius dalam memerangi ISIS, dalam pertemuan pemimpin negara eropa dengan pimpinan AS di Washington pekan depan.

Baca Juga: Pengamat Sebut Dua Badan Intelijen di Balik Serangan terhadap Pesawat Rusia

Dia menambahkan, “Kami harus berhati-hati bahwa pemerintah Turki menempatkan sistem politik yang ternyata jauh dari demokrasi. Aturan hukum harus menang. Kita perlu otoritas tetapi kita juga perlu demokrasi.”

Pernyataan lainnya, Menteri Luar Negeri Belgia Didier Reynders, yang menyuarakan keprihatinan atas penangkapan hampir 3.000 hakim dan jaksa begitu cepat setelah aksi kudeta. Ini terlihat sebagai upaya Erdogan untuk memperkuat basis kekuasaannya.

Dia menyatakan kecewa pada tindakan seperti memperkenalkan kembali hukuman mati, dan itu “akan menimbulkan masalah hubungan Turki dengan Uni Eropa.”

Dia mengecam, “Kita tidak bisa membayangkan dari negara yang berusaha untuk bergabung dengan Uni Eropa. Kita harus sangat tegas dalam hal ini. Kita memang mengutuk kudeta, tapi respon harus tetap menghormati aturan hukum.” (T/P4/R02)

Baca Juga: Hind Rajab Gugat Perwira Israel yang Datang ke Belanda

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda