Pasukan pemerintah Suriah telah menggempur wilayah Idlib yang dikuasai oposisi di Suriah barat laut, menewaskan sedikitnya lima orang di hari kedua pengeboman.
Serangan meningkat pada hari Ahad, 9 September 2018, termasuk serangan udara, pengeboman dan bom drum yang dijatuhkan oleh helikopter. Desa-desa di selatan provinsi Idlib dan provinsi Hama menjadi sasaran.
Eskalasi terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran akan dilakukannya serangan habis-habisan terhadap provinsi Idlib yang berpenduduk padat, benteng terakhir oposisi bersenjata di Suriah.
White Helmets, kelompok pertahanan sipil yang beroperasi di daerah yang dikuasai oposisi mengatakan, seorang bayi dan seorang anak kecil tewas di desa Habeit di selatan Idlib dalam serangan bom drum.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Tiga lainnya, termasuk seorang perwira kelompok oposisi, tewas dalam serangan udara dan penembakan yang melanda provinsi Hama utara.
Abd Al-Karim Al-Rahmoun, seorang anggota White Helmets di Hama utara, mengatakan bahwa sekitar setengah penduduk lokal telah meninggalkan wilayah yang berpenduduk jarang itu untuk menghindari pengeboman.
Aktivis mengatakan kepada Al Jazeera, sementara ratusan orang telah melarikan diri dari serangan di Hama utara dan Idlib, belum ada gelombang pergerakan warga yang signifikan ke arah utara.
Dalam beberapa kasus, para aktivis mengatakan, orang-orang akan meninggalkan desa mereka di pagi hari dan pulang setelah matahari terbenam, ketika pengeboman berhenti.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Menurut lembaga pemantau Observatorium Suriah untuk HAM (SOHR) yang bermarkas di Inggris, selama 72 jam terakhir, pasukan yang setia kepada Presiden Suriah Bashar Al-Assad dan sekutunya, Rusia, telah menggempur wilayah yang dikuasai oposisi sebanyak 1.060 kali dengan serangan udara, penembakan dan bom drum.
Sebagai tanggapan, Al-Jabha Al-Wataniya Lil-Tahrir (NLF), kelompok oposisi bersenjata utama di Idlib, pada Ahad (9/9) menembaki posisi pasukan pemerintah di Hama utara.
Sementara itu, konvoi lain kendaraan militer Turki menyeberang ke provinsi Idlib pada Ahad.
Selama 10 hari terakhir, sejumlah konvoi serupa yang membawa senjata dan mobil lapis baja telah memasuki Suriah utara untuk memperkuat 12 titik pengamatan yang diawaki oleh tentara Turki.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Pos-pos ini terletak di daerah-daerah yang dikuasai oposisi di Aleppo barat, provinsi Hama dan Idlib utara. Pos didirikan di bawah perjanjian deeskalasi yang dicapai oleh Turki, Iran dan Rusia.
“(Bala bantuan ini) adalah tanda bahwa Turki memperlakukan masalah Idlib dengan sangat serius dan tidak akan dengan mudah menutup mata pada setiap desain militer Rusia, rezim atau Iran untuk itu,” kata Galip Dalay, Direktur Penelitian Forum Sharq yang berbasis di Istanbul.
Dalay mengatakan, Turki tidak akan menarik pasukannya dari pos pengamatan dalam waktu dekat, kecuali jika mencapai kesepakatan dengan Rusia, Iran dan pemerintah Suriah.
“Pada tahap ini, saya tidak melihat kesepakatan yang ada,” katanya. “Selama periode ini, serangan yang ditargetkan akan terus berlanjut … tetapi tidak akan menghasilkan gelombang besar pengungsi.” (AT/RI-1/B05)
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Sumber: tulisan Mariya Petkova di Al Jazeera
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati