Raqqa, Suriah, 10 Rabi’ul Akhir 1438/9 Januari 2016 (MINA) – Sejak Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat (AS) meluncurkan Operasi Euphrates Wrath untuk memerangi kelompok Islamic State (ISIS) di Raqqa, ratusan pejuang perempuan Kurdi turut bergabung dan memainkan peran kunci.
Satu pasukan utama yang semuanya wanita dan berpartisipasi dalam operasi itu adalah YPJ Kurdi yang juga dikenal bernama Unit Perlindungan Perempuan.
Cihan Ehmed, pejabat YPJ Kurdi sekaligus juru bicara resmi Operasi Euphrates Wrath yang dipimpin SDF, mengatakan kepada ARA News bahwa para pejuang perempuan mereka telah menunjukkan “kinerja yang luar biasa” dalam perang melawan ISIS.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Cihan mengatakan bahwa tujuan utama di balik keikutsertaan mereka dalam pertempuran di Raqqa adalah untuk membebaskan perempuan “diperbudak” oleh ISIS.
“Perempuan memainkan peran kunci dalam operasi ini. pejuang perempuan kami berpartisipasi dalam operasi ini untuk satu tujuan utama, yaitu pembebasan perempuan yang ditahan oleh teroris ISIS di kota Raqqa,” katanya dalam sebuah wawancara eksklusif yang dikutip MINA.
Tentara wanita ini mengatakan, mirip dengan pertempuran-pertempuran sebelumnya, perempuan tetap menjadi peserta utama dalam upaya kontra-terorisme di Suriah.
Menurut Cihan, para pejuang perempuan YPJ telah mengambil bagian dalam perjuangan untuk Raqqa di garis depan. Dia juga menekankan peran kunci perempuan dalam operasi ini.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Tahap pertama dari Operasi Euphrates Wrath dipimpin oleh komandan YPJ, Rojda Felat. Pada operasi di fase kedua, banyak perwira dan pejuang YPJ terus mengambil bagian dalam memerangi ISIS,” katanya.
Cihan menegaskan, pejuang perempuan YPJ Kurdi bersikeras untuk membebaskan Raqqa karena di sana ada banyak wanita yang sebagian besar suku Yazidi yang ditawan oleh ISIS.
Wanita-wanita Yazidi menjadi kelompok yang paling menderita di tangan ISIS selama beberapa tahun terakhir karena kepercayaan yang mereka anut dianggap sesat oleh ISIS.
Cihan lebih lanjut mengungkapkan, selain wanita Kurdi, kini ada beberapa pejuang wanita Arab yang turut bergabung dalam YPJ.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Setelah meluncurkan operasi tahap pertama pada 6 November 2016, SDF meluncurkan Operasi Euphrates Wrath tahap kedua pada 10 Desember 2016 lalu, dengan tujuan mengamankan pedesaan barat Raqqa dan Bendungan Tabqa yang menjembatani Sungai Efrat.
Di antara komponen militer yang tergabung dalam operasi ini di antaranya: Unit Perlindungan Rakyat (YPG) Kurdi, Unit Perlindungan Perempuan (YPJ) Kurdi, Dewan Militer Syria, Batalyon Revolusioner Raqqa, dan Brigade Revolusioner Tel Abyad. Selain milisi lokal, sejumlah tentara asing turut berpartisipasi, baik sebagai relawan YPG atau di bawah naungan koalisi pimpinan AS. (T/RI-1/P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon