Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Patriotisme: 150 Warga Tunisia Asingkan Diri di Pabrik Khusus Produksi Masker

Rudi Hendrik - Senin, 30 Maret 2020 - 15:17 WIB

Senin, 30 Maret 2020 - 15:17 WIB

5 Views

Pekerja Tunisia mengisolasi diri di pabrik untuk membuat masker. (Foto: Getty)

Tunis, MINA – Didorong oleh rasa patriotisme yang tinggi, sebanyak 150 warga Tunisia memilih memisahkan diri dari keluarganya dan mengasingkan diri di sebuah pabrik untuk memproduksi masker wajah bagi petugas kesehatan yang memerangi virus corona baru (COVID-19).

Karyawan di pabrik Consomed di selatan ibu kota Tunis memproduksi sekitar 50.000 masker sehari, demikian dikutip dari The New Arab.

Karyawan yang kebanyakan wanita itu memilih mengasingkan diri dan tinggal di pabrik selama sebulan terakhir.

Manajer Hamza Alouini mengatakan, mereka didorong oleh patriotisme ketika Tunisia berjuang dengan pandemi virus corona, yang telah menewaskan enam orang sejauh ini di negara Afrika Utara itu.

Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20

Tunisia yang dikunci pada Ahad (29/3) telah mengkonfirmasi 227 kasus Covid-19.

Pabrik Consomed biasanya memproduksi masker wajah dan peralatan medis pelindung lainnya untuk ekspor, tetapi sekarang fokusnya adalah memproduksi masker yang cukup untuk pekerja kesehatan Tunisia.

“Suami saya dan anak perempuannya yang berusia 16 tahun mendukung dan mendorong saya untuk melakukan ini,” kata pekerja Khawla Rebhi, yang bertanggung jawab atas jalur produksi.

Para karyawan telah menciptakan rumah di pabrik yang jauh dari rumah. Pabrik memiliki asrama untuk 110 wanita dan 40 pria, serta stok kebutuhan selama sebulan.

Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza   

“Kami memiliki area khusus untuk semua jenis olahraga dan menari untuk para wanita, dan para pria memiliki area sepakbola dan bola basket,” kata Rebhi.

“Kita semua bisa melakukan obrolan internet dan video dengan keluarga kami ketika kita tidak bekerja,” tambahnya.

Rebhi menjelaskan, staf merasa perlu untuk mengisolasi diri jika virus menyebar di antara pekerja. Jika karyawan jatuh sakit, pabrik tidak akan bisa mengikuti permintaan untuk peralatan pelindung dari sektor kesehatan setempat.

“Jika kami tidak bekerja, dokter kami tidak akan terlindungi dari virus,” kata Alouini. “Saya berusaha melakukan yang terbaik untuk semua negara saya – untuk rumah sakit, untuk tentara, untuk polisi, untuk semua orang.” (T/RI-104)

Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Dunia Islam
Eropa
Indonesia