Beirut, 23 Rajab 1436/12 Mei 2015 (MINA) – Lebih 36.000 bayi baru Suriah lahir di Lebanon tanpa dokumen identifikasi kewarganegaraan, Badan Pengungsi PBB mengatakan kepada Al Jazeera di Beirut.
Data Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menunjukkan, pada akhir Maret 2015, hampir 51.000 anak Suriah lahir di Lebanon sejak pecahnya konflik Suriah.
Namun UNHCR tidak mendata kelahiran di kalangan pengungsi yang tidak terdaftar dengan mereka.
Dana Sleiman, petugas informasi publik UNHCR di Lebanon, mengatakan kepada Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), hidup tanpa status kewarganegaraan akan menghalangi anak-anak tersebut mewujudkan hak-hak dasarnya sebagai manusia.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Status tersebut bisa membuat mereka ditolak untuk pelayanan publik, seperti pendidikan dan kesehatan, perlindungan dari pekerja anak, pernikahan dini, adopsi ilegal atau eksploitasi seksual, dan ketidakmampuan untuk bepergian, menikah atau bekerja secara legal.
Sleiman mengatakan, salah satu alasan utama orang tua tidak mengajukan status hukum bagi anak-anak mereka adalah “takut mendekati kedutaan mereka” karena alasan keamanan atau politik.
Selain itu, pencatatan kelahiran merupakan proses yang sulit dan mahal bagi orang tua non-Lebanon yang baru melahirkan.
“Untuk berbagai alasan, orang tua anak-anak yang baru lahir mungkin tidak memiliki semua dokumentasi status sipil yang diminta, seperti dokumen identitas dan sertifikat pernikahan,” kata Sleiman. (T/P001/R11)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB