New York, 9 Dzulhijjah 1436/22 September 2015 (MINA) – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon menyuarakan tanda bahaya atas situasi yang mengerikan pada para pengungsi di Eropa, di mana banyak pencari suaka yang sudah jenuh akibat perang telah diperlakukan dengan dingin di balik ditutupnya perbatasan dan tindakan kejam yang dihadapi mereka.
Seorang Juru Bicara Ban Ki-Moon, Stephane Dujarric, Senin (21/9), mengatakan, Sekjen PBB “sangat prihatin dengan tingkat situasi memburuk yang dihadapi para pengungsi dan migran yang tiba di wilayah Eropa”.
“Sekjen PBB terus mengikuti dan meningkatnya kekhawatiran penutupan beberapa perbatasan di Eropa, serta kurangnya fasilitas penerimaan yang tepat serta peningkatan penggunaan penahanan dan kriminalisasi migran gelap dan pencari suaka,” kata Dujarric.
Melarikan diri dari konflik di tempat tinggalnya, menghadapi penganiayaan di luar negeri, demikian Press Tv melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Pernyataan itu dikeluarkan setelah Hungaria menjadi tujuan yang diinginkan bagi banyak para pengungsi, telah menyelesaikan pendirian pagar yang dibangun sepanjang perbatasan dengan negara tetangganya.
Sebelumnya, polisi Hungaria telah menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan aksi protes pengungsi, yang telah berusaha untuk memasuki negara itu dari Serbia.
“Saya terkejut melihat bagaimana para pengungsi dan migran diperlakukan, itu tidak dapat diterima,” kata Ban.
Sementara itu, Parlemen Hungaria telah memberikan wewenang militer untuk berpartisipasi dalam pengawasan perbatasan, memberikan pasukan hak untuk menggunakan peluru logam berlapis karet, gas air mata, dan senjata lainnya untuk digunakan di perbatasan “dengan cara tidak-mematikan, kecuali tak dapat dihindari”.
Baca Juga: DK PBB Berikan Suara untuk Rancangan Resolusi Gencatan Genjata Gaza
Dalam pernyataan kontroversial pada krisis pengungsi, Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban mengatakan, “mereka tidak hanya membenturkan pintu, bahkan mereka mendobrak pintu kami.”
“Perbatasan kami berada dalam bahaya. Hungaria dan seluruh Eropa berada dalam bahaya,” tambahnya.
Baru-baru ini, Bulgaria juga mulai memobilisasi sebanyak 1.000 pasukan ke perbatasan dengan Turki untuk menghentikan para pengungsi.
Selain itu, Human Rights Watch (HRW) melaporkan, polisi di Makedonia telah menganiaya para pengungsi, yang sedang melintasi negara itu untuk mencapai wilayah Eropa.
Baca Juga: Kepada Sekjen PBB, Prabowo Sampaikan Komitmen Transisi Energi Terbarukan
Kelompok HAM mengatakan, pencari suaka menjadi sasaran “kekerasan fisik dan verbal oleh para pejabat Makedonia di perbatasan dengan Yunani, dan perlakuan buruk oleh penjaga polisi di pusat penahanan Gazi Baba (Makedonia utara) antara Juni 2014 dan Juli 2015”.
Pekan lalu, para menteri dalam negeri Uni Eropa akan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas apakah Uni Eropa harus memperkenalkan kuota mengikat untuk merelokasi 120.000 pengungsi dari negara-negara yang paling terkena arus masuk mereka.
Sejauh ini, hampir setengah juta orang telah melakukan perjalanan berbahaya melintasi Laut Mediterania untuk mencapai Eropa, angka resmi menunjukkan sejumlah 2.800 telah meninggal dalam perjalanan tersebut. (T/P002/R05)
Baca Juga: Puluhan Anggota Kongres AS Desak Biden Sanksi Dua Menteri Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Tiba di Peru, Prabowo akan Hadiri KTT APEC