Jalur Gaza, MINA – Pedagang dan pebisnis Palestina di Jalur Gaza menyatakan frustrasi atas pembatasan baru Israel di penyeberangan komersial Karim Abu Salim (Karem Shalom).
Mereka pada Rabu (11/7) mengingatkan, tindakan keras terhadap impor dan ekspor Jalur Gaza dapat secara signifikan merusak kepentingan bisnis mereka dan merusak kesejahteraan ekonomi warga Palestina lainnya di daerah yang diblokade itu.
Karim Abu Salim adalah penyeberangan komersial antara Israel dan Gaza yang memfasilitasi pergerakan sebagian besar barang yang masuk dan keluar dari daerah kantong pantai itu.
“Kami menolak semua kekerasan dan tidak mengambil bagian di dalamnya. Jadi mengapa kami harus dihukum?” kata Taysir Al-Ustaz, Ketua Serikat Industri Tekstil dan Pakaian di Gaza, kepada The Times of Israel.
Baca Juga: [BREAKING NEWS] Pria Amerika Bakar Diri Protes Genosida di Gaza
“Kami juga berpikir bahwa kemiskinan melahirkan kekerasan.
Jika kita ingin mencegah kekerasan, kita perlu memastikan bahwa orang dapat bekerja dan memiliki mata pencaharian,” tambahnya.
Sebelumnya pada hari Senin (9/7), Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan bahwa hanya bantuan kemanusiaan yang akan diizinkan masuk ke Gaza melalui penyeberangan Karim Abu Salim.
Kebijakan itu sebagai tanggapan atas serangan balon dan layang-layang api yang diluncurkan oleh warga Gaza ke wilayah Israel.
Baca Juga: MUI Gelar Forum Ukhuwah Islamiyah, Minta Presiden Jokowi Ganti Kepala BPIP
Perlawanan berbiaya murah warga Palestina itu menimbulkan kerusakan luas pada lahan pertanian dan hutan cagar alam Israel.
Pada awal tahun 2015, Israel mengizinkan warga Gaza untuk mengekspor pakaian dan tekstil ke wilayah Yahudi dan Tepi Barat untuk pertama kalinya sejak 2007.
Menurut Al-Ustaz, sejak Israel menyetujui ekspor pakaian dan tekstil, industri itu telah tumbuh secara signifikan di Gaza. (T/RI-1/R01)
Baca Juga: [BREAKING NEWS] Yahya Al-Sinwar Terpilih Sebagai Kepala Biro Politik Hamas
Mi’raj News Agency (MINA)