Doha, MINA – Di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19) yang meneror negara-negara dunia, Qatar justru memacu pembangunannya untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022 yang melibatkan banyak migran tanpa memperhatikan keselamatan medisnya.
Banyak buruh migran masih bekerja di lokasi konstruksi yang padat dan berbahaya di saat negara itu memiliki jumlah kasus COVID-19 terkonfirmasi tertinggi ketiga di Timur Tengah, yaitu 500 kasus.
Meskipun ada larangan hampir total untuk pengoperasian gym, mal, dan bank, lokasi konstruksi bukan bagian dari larangan tersebut, demikian Arab News melaporkan.
Dengan semakin dekatnya Piala Dunia, pekerjaan di stadion dan proyek infrastruktur lainnya terus dipacu, meskipun sebagian besar kasusnya adalah migran.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Para pekerja di lokasi konstruksi Qatar dilaporkan menerima sangat sedikit pemeriksaan kesehatan, dan mereka pulang pergi bekerja dengan bus berkemas dari kamp-kamp tempat mereka tinggal, di mana ada kedekatan antara yang satu dengan yang lain, seringkali dengan 10 orang ke asrama, hampir konstan.
Dalam sebuah laporan oleh The Guardian, para pekerja mengatakan, mereka merasa tidak punya pilihan selain terus bekerja, menghadapi tekanan baik dari perusahaan yang mempekerjakan mereka dan kebutuhan untuk mendukung keluarga mereka di Tanah Air.
“Saya sangat khawatir terkena virus, tetapi saya butuh uang,” kata seorang pekerja Kenya. Ia menambahkan bahwa ia tidak diberi perlindungan seperti sarung tangan dan masker pada sif 14 jamnya.
Seorang pekerja Nepal mengatakan pula, “Saya menggunakan masker wajah yang saya beli sendiri. Mereka yang tidak memiliki topeng menutupi mulut mereka dengan selembar kain.”
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Buruh migran di Qatar menghadapi pilihan yang sulit, terutama dengan wabah pandemi COVID-19. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan