Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemanfaatan Naskah untuk Industri Kreatif dan Pariwisata

sajadi - Sabtu, 22 September 2018 - 05:28 WIB

Sabtu, 22 September 2018 - 05:28 WIB

13 Views

Jakarta, MINA – Penggalian naskah-naskah leluhur bukan hanya penting sebagai sumber budaya dan lambang suatu bangsa atau daerah tapi juga untuk kemajuan industri kreatif dan pariwisata.

Perpusnas menghadirkan tiga pembicara dalam Seminar Internasional Pernaskahan Nusantara dengan tema “Naskah Nusantara dan Potensi Industri Kreatif dan Pariwisata”, di antaranya dua filolog Pramono dan Achmad Opan Safari, serta sejarawan Fadly Rahman dari Universitas Padjadjaran di Gedung Perpusnas, Jakarta pusat pada Jumat (21/9).

Menurut Pramono, ada dua potensi dalam penggalian naskah untuk industri kreatif dan pariwisata di antaranya “penerbitan edisi teks naskah-naskah terpilih yang disediakan bagi para turis di tempat wisata dan kreasi motif iluminasi dari naskah untuk industri desain baju atau batik.”

Dalam kesempatan itu Pramono menceritakan betapa antusiasnya para wisatawan untuk menikmati naskah-naskah yang sudah diterbitkan, karena mereka tahu bahwa naskah tersebut bernilai tinggi, ditulis oleh para cendikiawan masa lampau dan sudah mudah untuk dipahami.

Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah

Selain itu, Filolog Minangkabau itu juga menampilkan desain-desain batik yang diambil dari iluminasi di sampul naskah. Motif-motif tersebut bercorak indah di layar dan menampilkan ciri khas daerah tersebut. Beliau berharap bahwa hasil penelitianya dapat diteruskan ke dalam produksi industri kreatif sehingga dapat bernilai ekonomis dan historis.

Dalam menarik minat generasi sekarang untuk mempelajari naskah Nusantara tidaklah mudah bahkan untuk membacanya pun jarang. Karena banyaknya karya dari negara lain yang sudah tersedia dan juga kurang menariknya seni dan budaya negeri yang masih dalam bentuk naskah.

Oleh sebab itu, perlu terobosan-terobosan jitu yang bisa membangkitkan minat masyarakat bukan hanya dalam bentuk naskah tapi dalam media yang sedang diminati masyarakat.

Menkonversi cerita naskah ke dalam film atau komik adalah metode pendekatan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Para penikmat seni tentu akan lebih nyaman dan mudah dalam menerima isi dari naskah tersebut.

Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon

“Karena naskah adalah cara literasi yang di gunakan kakek-nenek kita untuk pada zamannya. Oleh karena itu, di zaman milenial ini kita harus menggunakan metode yang sesuai dengan zaman ini” jelas Fadly Rahman.

Perpusnas juga berharap dengan bergabungnya praktisi pemerintah dan masyarakat penaskah, pernaskahan Nusantara dapat berkembang dengan baik untuk menambah kekayaan budaya dan dapat mengangkat industri dan pariwisata Nusantara. (L/Sj/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: OJK Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah untuk Santri di Kalteng

Rekomendasi untuk Anda

Afrika
Indonesia
Indonesia
Afrika
Ekonomi