Pemanfaatan Naskah untuk Industri Kreatif dan Pariwisata

Jakarta, MINA – -naskah leluhur bukan hanya penting sebagai sumber budaya dan lambang suatu bangsa atau daerah tapi juga untuk kemajuan industri kreatif dan pariwisata.

Perpusnas menghadirkan tiga pembicara dalam Seminar Internasional Pernaskahan Nusantara dengan tema “Naskah Nusantara dan Potensi Industri Kreatif dan Pariwisata”, di antaranya dua filolog Pramono dan Achmad Opan Safari, serta sejarawan Fadly Rahman dari Universitas Padjadjaran di Gedung Perpusnas, Jakarta pusat pada Jumat (21/9).

Menurut Pramono, ada dua potensi dalam penggalian naskah untuk industri kreatif dan pariwisata di antaranya “penerbitan edisi teks naskah-naskah terpilih yang disediakan bagi para turis di tempat wisata dan kreasi motif iluminasi dari naskah untuk industri desain baju atau batik.”

Dalam kesempatan itu Pramono menceritakan betapa antusiasnya para wisatawan untuk menikmati naskah-naskah yang sudah diterbitkan, karena mereka tahu bahwa naskah tersebut bernilai tinggi, ditulis oleh para cendikiawan masa lampau dan sudah mudah untuk dipahami.

Selain itu, Filolog Minangkabau itu juga menampilkan desain-desain batik yang diambil dari iluminasi di sampul naskah. Motif-motif tersebut bercorak indah di layar dan menampilkan ciri khas daerah tersebut. Beliau berharap bahwa hasil penelitianya dapat diteruskan ke dalam produksi industri kreatif sehingga dapat bernilai ekonomis dan historis.

Dalam menarik minat generasi sekarang untuk mempelajari naskah Nusantara tidaklah mudah bahkan untuk membacanya pun jarang. Karena banyaknya karya dari negara lain yang sudah tersedia dan juga kurang menariknya seni dan budaya negeri yang masih dalam bentuk naskah.

Oleh sebab itu, perlu terobosan-terobosan jitu yang bisa membangkitkan minat masyarakat bukan hanya dalam bentuk naskah tapi dalam media yang sedang diminati masyarakat.

Menkonversi cerita naskah ke dalam film atau komik adalah metode pendekatan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Para penikmat seni tentu akan lebih nyaman dan mudah dalam menerima isi dari naskah tersebut.

“Karena naskah adalah cara literasi yang di gunakan kakek-nenek kita untuk pada zamannya. Oleh karena itu, di zaman milenial ini kita harus menggunakan metode yang sesuai dengan zaman ini” jelas Fadly Rahman.

Perpusnas juga berharap dengan bergabungnya praktisi pemerintah dan masyarakat penaskah, pernaskahan Nusantara dapat berkembang dengan baik untuk menambah kekayaan budaya dan dapat mengangkat industri dan pariwisata Nusantara. (L/Sj/RI-1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sajadi

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.