PEMBERITAAN BARAT VERSUS KANTOR BERITA ISLAM

afta 1Oleh Ali Farkhan Tsani*

Pemberitaan dunia Islam masih saja tenggelam oleh konten-konten pemberitaan media Barat yang cenderung bebas dan sekuler, lebih mem-blow up  medan konflik umat Islam, tidak mengindahkan nilai-nilai kebenaran dan cenderung memojokkan dunia Islam.

Umpamanya, ketika masyarakat Muslim di daerah Moro, Filipina, memperjuangkan hak-haknya sebagai warga muslim. Itu disebut sebagai pemberontak (The Guardian, Reuters dan BBC menyebut sebagai ‘Muslim rebels’. Lihat The Guardian 27 Maret 2014, Reuters 27 Maret 2014, BBC 25 Januari 2014).

Begitupun tatkala kelompok perjuangan Muslim Ikhwanul Muslimin dicap sebagai group teroris, serta-merta media-media Barat menyebarluaskan berita memojokkan tersebut.

New York Times menurunkan headline berjudul “Terrorist Label on Muslim Brotherhood”, (nytimes.com, 7 Maret 2014). Sementara USA Today edisi sama 7 Maret 2014 mengangkat judul besar, “Muslim Brotherhood Terror Group”.

Umat manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya, dalam era informasi dewasa ini, dihadapkan pada perubahan nilai bahwa seolah olah apa yang dikatakan atau dilaporkan media massa adalah benar.

Realitas sosial telah dipersempit maknanya menjadi “realitas media” atau realitas seperti apa yang tertera atau tersiar dalam media massa. Kecenderungan penyempitan makna informasi bukan hanya harus menjadi kesadaran bersama, tetapi juga semakin menambah besar tanggunjawab sosial media masa terutama media masa Islam.

Tabayyun

Oleh karena itu, masyarakat harus cerdas dan selektif serta kritis terhadap informasi. Dalam Islam sesuai dengan ayat Al-Qur’an telah diingatkan untuk melakukan tabayyun’ terhadap sesuatu fakta, informasi dan berita yang tidak jelas asal usulnya.

Kata tabayyun berasal dari akar kata dalam bahasa Arab: tabayyanayatabayyanu tabayyunan, yang berarti mencari kejelasan hakekat suatu fakta dan informasi atau kebenaran suatu fakta dan informasi dengan teliti, seksama dan hati-hati.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa tabayyun berarti pemahaman atau penjelasan. Dengan demikian, tabayyun adalah usaha untuk memastikan dan mencari kebenaran dari sebuah fakta dan informasi sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi [berperang] di jalan Allah, maka lakukanlah tabayyun (telitilah) dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu: “Kamu bukan seorang mu’min” [lalu kamu membunuhnya], dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu  lalu Allah menganugerahkan ni’mat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Qur’an, Surah An-Nisa, Ayat 94).

Pengertian tabayyun dalam ayat tersebut bisa dilihat antara lain dalam Tafsir Al-Qur’an Departemen Agama, 2004. Kata itu merupakan fiil amr untuk jamak, dari kata kerja tabayyana, masdarnya at-tabayyun, yang artinya adalah mencari kejelasan hakekat suatu fakta dan informasi atau kebenaran suatu fakta dan informasi dengan teliti, seksama dan hati-hati (tidak tergesa-gesa).

Perintah untuk tabayyun merupakan perintah yang sangat penting, terutama pada akhir-akhir ini di mana kehidupan antar sesama umat sering dihinggapi prasangka.

Allah SWT memerintahkan kita untuk bersikap hati-hati dan mengharuskan untuk mencari bukti yang terkait dengan isu mengenai suatu tuduhan atau yang menyangkut identifikasi seseorang.

Perintah tabayyun atau mendalami masalah, merupakan peringatan, jangan sampai umat Islam melakukan tindakan yang menimbulkan dosa dan penyesalan akibat keputusannya yang tidak adil atau merugikan pihak lain.

Di dalam Al-Qur’an, perintah tabayyun juga terdapat pada Surah Al-Hujarat 49:6: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Di sisi lain, orang orang beriman diingatkan agar selalu berkata benar dan menjauhi fitnah serta kebohongan. Namun demikian umat Islam sering menjadi korban pembentukan opini yang salah oleh media barat karena kita tidak menguasai media massa.

Sementara pelawanan dari umat Islam sendiri masih dianggap belum cukup berarti. Terbukti, berita-berita yang mencerahkan, bernilai Islami, bermuatan rahmatan lil ‘alamin, belum banyak menghiasi media massa, yang dikelola oleh mayoritas muslim atau dibaca oleh mayoritas muslim.

Hal itu juga terungkap dalam dialog yang Penulis ikuti di ruang Redaksi Harakah Daily, Malaysia. Bahwa memang tidak mudah mengangkat pemberitaan Islam di tengah arus deras globalisasi informasi saat ini yang didominasi media Barat.

Media-media massa, ternyata lebih memilih berita-berita pertarungan politik, gaya hidup selebritis, kasus kriminalitas dan kecelakaan, dunia ekonomi dan keuangan serta tak ketinggalan liputan sepakbola sejagat.

Dalam diskusi blogger di dunia maya, terdapat isu-isu yang paling banyak diminati pembaca internet antara lain tentang investasi, kehidupan artis, jagat sepakbola, tips kesehatan  dan tempat wisata,

Sementara itu, ironisnya sejumlah media lebih suka menyoroti sisi-sisi negatif umat Islam ketimbang sisi positifnya, sehingga berita yang tersaji pun menjadi tidak berimbang. Pemberitaan yang tidak berimbang itu ikut berperan membangun citra negatif terhadap agama Islam itu sendiri. Sehingga banyak kalangan Islam kecewa dengan kurangnya keberpihakan media massa mainstream nasional terhadap umat Islam. 

Pada satu sisi, opini subyektif kalangan Islam tersebut tentu saja belum tentu benar. Pada sisi lainnya, media massa mainstream pun sudah tentu menolak tudingan seperti itu. Media tentu berargumen bahwa sebagai tugas pemberitaan tugas mereka hanyalah mengungkapkan fakta belaka. Tak ada maksud di balik itu untuk menyudutkan umat Islam dan Islam itu sendiri. 

Di sinilah dunia memerlukan keseimbangan pemberitaan, agar tidak terjadi jarak menganga antara Timur dan Barat, antara sang adidaya dengan dunia ketiga, serta antara konten hiburan semata dengan informasi yang mencerahkan. Dan keseimbangan berita itu didapat dari lumbung berita, bernama .

Urgensi Kantor Berita Islam

Dalam pandangan Syarif Hidayat, Wakil Pemimpin Redaksi Kantor Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency-MINA), media-media mainstream Barat sangat memungkinkan mengangkat berita-berita penuh kebohongan dan bias dalam melaporkan isu internasional, khususnya berkaitan dengan dunia Islam, konflik Timur Tengah dan terorisme internasional.

Pola pemberitaan seperti ini menurut wartawan senior yang sudah malang melintang di Eropa itu, tidak lepas dari kontrol Zionis Internasional.  Hal ini untuk terus menciptakan Islamofobia di masyarakat Barat.

Keadaan tersebut juga berpengaruh terhadap media masa di Indonesia. “Saya merasakan pemberitaaan sebagian media besar di Indonesia, baik TV maupun surat kabar cenderung terbawa menari diatas irama yang dimainkan pers Barat yang dikuasai Yahudi terutama dalam pemberitaan mereka mengenai TERORISME dan masalah Timur Tengah serta Dunia Islam yang sangat merugikan dunia Islam,” kata Syarif.

Mereka tidak mampu menampilkan pemberitaan yang mencerminkan diri mereka sebagai media masa dari Indonesia yang merupakan negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam dan memberikan penjelasan kepada dunia bahwa Islam nenentang terorisme. Perlakuan yang tidak adil dari media Barat terhadap Islam dan Muslim bukan hal baru bagi banyak orang, katanya.

Menurut Syarif Hidayat, seperti diungkapkannya di Bernama TV, Malaysia dalam Dialog Kantor Berita Islam beberapa waktu lalu, “Dalam situasi seperti ini, Kantor Berita Islam yang mengusung pencerahan nilai Islam rahmatan lil alamin, membawa keselamatan dan kedamaian universal, sebenarnya memiliki peluang besar menjadi rujukan dunia internasional.”

Untuk itu, ia merasa yakin, keberadaan Kator Berita Islam Mi’raj (Mi’raj Islamic News Agency-MINA), yang didirikan di Indonesia sebagai pelopor pemberitaan dan tulisan berlandaskan prinsip prinsip Islam, akan berkembang pesat dan maju di dunia internasional. “Karena MINA berlandaskan pada prinsip prinsip Islam, maka dapat diharapkan Umat Islam di dunia akan merasa meilikinya dan akan mendukung misinya,” kata Wapemred MINA.

Bukan karena sumber daya manusia dan penguasaan teknologi yang ada, akan tetapi lebih karena landasannya yang sangat kuat yaitu Islam, dan kontennya yang rahmatan lil alamin.

Menghadapi tantangan global era informasi, Kantor Berita Islam merupakan kekuatan tersendiri dalam membentuk opini public.

Ini karena, Islam sebagai landasannya merupakan agama yang membawa nilai-nilai rahmatan lil alamin, yang diperlukan manusia pada umumnya.
Dengan demikan, istilah ‘bad news is good news’ akan terlupakan dengan sendirinya. Yang ada adalah ‘good news is good news’, berita baik untuk kebaikan masyarakat. Ini menjadi misi utama pemberitaan sebuah kantor berita Islam.

Sehingga kantor berita Islam ini menjadi milik kaum muslimin secara keseluruhan, ari berbagai bangsa, suku, ras dan antargolonga. Media tempat berukhuwah Islamiyyah, saling berbagi kebaikan dan tempat memperkokoh persatuan kesatuan umat Islam.

Visi Kantor Berita Islam adalah melanjutkan risalah kenabian dalam menyampaikan dakwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin melalui media massa untuk mengajak manusia menyembah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Visi besar lainnya adalah sebagai media portal berita online internasional yang menyuarakan informasi dunia Islam, serta mengubah opini dunia untuk mendukung perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha dan kemerdekaan Palestina pada khususnya serta mengangkat perjuangan dunia Islam dan Muslimin pada umumnya secara terpimpin berdasarkan prinsip-prinsip Al-Quran dan As-Sunnah.

Misi sebuah kantor berita paling tidak adalah  membela kepentingan Islam dan Muslimin melalui dakwah media online. Misi berikutnya, memperjuangkan pembebasan Masjid Al-Aqsha dan Kemedekaan Palestina melaui persatuan dan kesatuan umat Islam.

Membuat berita secara jujur, adil, berimbang, akurat tentang informasi dunia pada umumnya dan Islam pada khususnya, juga merupakan visi kantor berita Islam.

Semoga kehadiran Kantor Berita Islam semakin berkembang dalam bimbingan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (T/R1/E01).

 

*Redaktur Kantor Berita Islam Mi’raj’ (Mi’raj Islamic News Agency-MINA)

Alumni Mu’assasah Al-Quds Ad-Dauly Shana’a, Yaman.

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0