PEMBUNUH TIGA MAHASISWA MUSLIM CHAPEL HILL DITUNTUT HUKUMAN MATI

a hicks
Terdakwa Craig Stephen Hicks (46), mendengarkan tuntutan, sementara pengacara Terry Alford membuat catatan selama sidang di pengadilan Durham, North California, AS, pada 6 April (Harry Lynch/Raleigh News & Observer-LATimes)

North Carolina, 21 Jumadil Akhir 1435/10 April 2015 (MINA) – Jaksa penuntut umum negara bagian North Carolina, AS, menuntut hukuman mati terhadap Craig Stephen Hicks (46), yang didakwa menembak mati tiga mahasiswa muslim di sana.

Jaksa mengatakan dalam sidang Senin lalu (6/4), Hicks sengaja menembak beberapa kali terhadap tiga mahasiswa Muslim di Chapel Hill, North California, pada 10 Februari lalu, yang diduga dimulai dari konflik parkir. l pistol dari apartemennya setelah ia tiba di rumah hari itu dan menghadapi pertengkaran seputar parkir.

Asisten jaksa, James Dornfried mengatakan, kejadian bermula saat Hicks bertemu dengan Deah Shaddy Barakat (23), di depan pintu dan ada obrolan singkat soal tempat parkir. Tiba-tiba Hicks kemudian menembak Barakat beberapa kali, kata Dornfried, LA Times melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.

Sesaat ketika isteri Barakat, yang masih pengantin baru, Yusor Mohammad Abu-Salha (22), dan adiknya Razan Mohammad Abu-Salha (19), keluar rumah dan berteriak, Hicks melangkah masuk ke apartemen dan menembakinya. Hingga mereka berdua pun tewas di tempat.

“Mereka masih hidup setelah tembakan pertama,” kata jaksa. “Masing-masing dari perempuan ini kemudian ditembak di kepala.”

Jaksa menambahkan, “Terdakwa kemudian mulai keluar apartemen dan menembak Deah Barakat terakhir kali.”

Beberapa saat setelah jaksa menggambarkan pembunuhan, Dr. Mohammad Abu-Salha, ayah dari dua perempuan, yang duduk melewati beberapa meter di belakang kursi persidangan Hicks, meneriaki Hicks keterlaluan.

Hicks yang duduk diborgol dengan berseragam penjara oranye, hanya melirik Abu-Salha tanpa komentar.

Teman-teman dan kerabat dari keluarga korban memelototi Hicks saat mereka meninggalkan ruang sidang itu.

Terry W. Alford, seorang pengacara swasta yang ditugaskan membantu membela Hicks, belum memberikan jawaban atas tuntutan mati tersebut.

Kasus pembunuhan di Chapel Hill menimbulkan rasa takut atas kejahatan kebencian terhadap Muslim.

11-2-15_Three-US-Muslims-Murdered-in-Chapel-Hill
Tiga mahasiswa muslim korban Chapel Hill (voiceonline)

Perhatian Dunia

Hakim Pengadilan Orlando F. Hudson Jr berkomentar bahwa tuduhan dan ancaman tuntutan hukuman mati dari  jaksa, telah memenuhi standar negara untuk kasus tersebut.

“Hukuman mati untuk terdakwa ini adalah memenuhi syarat,” kata Hudson.

Hicks dituduh dengan pasal berlapis, yaitu tuduhan pembunuhan tingkat pertama dan pemakaian senjata api ke kawasan apartemen orang lain.

Asisten jaksa Dornfried mengatakan darah korban ditemukan pada celana Hicks, dan selongsong peluru dari TKP cocok dengan pistol yang disita dari mobil Hicks.

Sidang berikutnya akan dilangsungkan pekan pertama Juni mendatang.

Tiga mahasiswa korban penembakan tinggal di kawasan apartemen satu unit dengan Hicks dan istrinya di Summerwalk, di kompleks Finley Forest di Chapel Hill, North California, AS.

Suara tembakan terdengar di kompleks sibuk itu setelah pukul 5:00 sore pada 10 Februari. Polisi Chapel Hill mengatakan penembakan bermula dari sengketa parkir.

Tetangga korban mengatakan, Hicks terkenal bersifat pemarah menghadapi warga dan pengguna parkir.

Dua hari setelah penembakan, Departemen Kehakiman AS mengumumkan bahwa FBI telah memulai penyelidikan awal, apakah penembakan menyangkut kejahatan rasial.

Keputusan tersebut muncul setelah kasus mendapat perhatian dunia, yang diunggah di media sosial melalui #muslimlivesmatter.

Teman-teman dan anggota keluarga dari tiga mahasiswa yang terbunuh mengatakan, para korban menjadi sasaran karena agama mereka, Islam.

Saudara Barakat, Farris, dan Imad Ahmad teman dekat Deah, kepada The Times mengatakan bahwa kemarahan Hicks dilontarkan setelah saudara Abu-Salha, yang mengenakan jilbab, mulai menghabiskan lebih banyak waktu di apartemen itu. Yusor Abu-Salha pindah setelah pasangan ini menikah 27 Desember akhir tahun lalu.

Adapun Karen Hicks, isteri tertuduh, mengakui suaminya memiliki masalah kesehatan mental.

Pada hari penembakan, tidak ada satupun dari tiga mobil milik mahasiswa diparkir di halaman seperti diklaim oleh Hicks,  demikian Ahmad dan Farris Barakat mengatakan.

Deah Barakat adalah seorang mahasiswa kedokteran gigi di Universitas North Carolina. Isterinya bergabung dengannya dalam program kesehatan gigi musim gugur ini. Razan Abu-Salha adalah seorang mahasiswa di sekolah desain di Universitas North Carolina State di Raleigh, AS.

Hicks, seorang mahasiswa di Durham Technical Community College, menyerah kepada polisi malam penembakan itu juga.

Detektif menemukan gudang senjata di apartemennya, dan menemukan 14 senapan dan pistol, termasuk Bushmaster AR-15 jenis senapan semi-otomatis.

Di jejaring sosialnya, Hicks menggambarkan dirinya sebagai seorang atheis (tak bertuhan), dan mencerca terhadap agama yang terorganisasi.

Dia tidak secara khusus mengkritik Islam, dan tetangganya juga mengatakan dalam wawancara bahwa mereka tidak pernah mendengar dia membuat komentar tentang agama.

“Dia suka marah-marah terhadap semua warga,” kata tetangga Hicks, Sarah Maness.

Di halaman Facebooknya Hicks mengunggah status, “Aku punya hak untuk menghina agama, menghakimi, dan mengecam, saya seorang manusia yang tidak memadai.” Status itu tidak menyebutkan agama tertentu.

Menurut surat perintah penggeledahan, polisi menyita komputer dan ponsel milik Hicks.

Karen Hicks, istri Hicks, membantah bahwa penembakan itu akibat dari kebencian agama.

“Dia percaya semua orang sama,” katanya pada konferensi pers sehari setelah penembakan.

“Saya dapat mengatakan bahwa kejadian ini mutlak tidak ada hubungannya dengan agama atau kepercayaan korban, tetapi sebenarnya terkait dengan soal sengketa parkir suami saya, juga dengan berbagai tetangga tanpa ada unsur ras, agama atau keyakinan,” dia mengatakan.

Ketika Namee Barakat, ayah dari Deah Barakat, dimintai keterangan pada bulan Februari, apakah anaknya dan dua lainnya yang menjadi korban karena aktivitas keagamaan Islam. Dia menjawab, “Sangat mungkin.”

“Ini lebih dari sekedar tentang parkir,” kata Barakat.

Pengacara Terry Alford terlihat membuat catatan selama sidang hukuman mati untuk Hicks. (T/P4/P2).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Comments: 0