Jakarta, MINA – Sosialisasi tentang pemindahan Ibu Kota Negara semakin gencar dilakukan oleh pemerintah, termasuk bagi generasi milenial atau kaum muda.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menegaskan pentingnya pemindahan Ibu Kota Negara sebagai simbol representasi bangsa.
“Peran anak muda penting untuk pemindahan ibu kota baru karena setelah ibu kota pindah, anak muda yang akan memimpin Indonesia di ibu kota baru,” ujar Bambang saat menyapa kaum milenial di acara “Youth Talks: Yuk Pindah Ibu Kota” yang di Jakarta, Selasa (20/8).
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, ibu kota negara akan berpindah ke wilayah Kalimantan hal tersebut sejalan dengan kriteria, yaitu berada di tengah.
Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo
Selain itu, ibu kota negara yang baru harus mewujudkan Indonesia-sentris, mendorong pemerataan pembangunan, dan memacu pertumbuhan ekonomi.
Dihadapan kaum muda, Bambang menjelaskan, Ibu kota baru di Kalimantan akan mengusung konsep forest city untuk menurunkan suhu kota. Transportasi publik akan menjadi andalan, dimulai dari trem, LRT, bus, dan angkutan lainnya untuk menghindari potensi polusi dan kemacetan.
Sementara itu, Bambang mengatakan, Jakarta akan menjadi pusat keuangan, bisnis, perdagangan, dan jasa seperti New York, sementara ibu kota baru akan menjadi pusat pemerintahan seperti Washington DC.
“Jakarta tetap membawa ekonomi Indonesia lebih maju, akan menjadi pesaing Singapura,” tegas Bambang.
Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah
Saat ini, sesuai kajian Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta sudah tidak layak menjadi ibu kota Indonesia. Fakta menunjukkan Jakarta adalah kota yang sangat padat, terpadat kesembilan di dunia, yang menghadapi berbagai komplikasi isu, dari rawan bencana banjir hingga polusi udara.
“Saya sepuluh hari lalu ke Papua. Di Jayapura dan Nabire, saya tengok ke atas, langitnya biru dan sangat bersih. Di Jakarta, kita tengok ke atas dan lama lagi, tidak dapat tuh blue sky-nya. Kalau statusnya, malah ada haze. Kabut yang bukan alami, tetapi karena polusi udara,” jelas Bambang. (L/Sj/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue