Juba, MINA – Pemimpin Ethiopia dan Eritrea datang ke Sudan Selatan untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan Presiden Salva Kiir untuk menghidupkan kembali perjanjian damai yang runtuh di negara itu.
Kunjungan Senin (4/3) dilakukan di tengah meningkatnya peringatan bahwa perjanjian yang disepakati pada September tahun lalu itu kini berantakan. Pihak pemerintah Sudan Selatan dan pemberontak telah bersiap untuk pertempuran baru.
“Salah satu masalah pertama yang mereka diskusikan adalah bagaimana meningkatkan proses perdamaian yang sedang berlangsung,” kata Menteri Luar Negeri Sudan Selatan Nhial Deng Nhial kepada wartawan, setelah Presiden Kiir bertemu dengan Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dan Presiden Eritrea Isaias Afwerki di Istana Negara di ibu kota, Juba.
Nhial mengatakan, para pemimpin membahas cara untuk membawa terlibat kelompok-kelompok dewan yang menolak kesepakatan.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
“Pemerintah Republik Sudan Selatan sangat mendukung ini,” tambahnya.
Hiba Morgan dari Al Jazeera yang melaporkan dari Khartoum, Sudan, negara tetangga, mengatakan bahwa kunjungan kedua pemimpin itu mengejutkan.
“Kiir sedang berkeliling ke negara-negara bagian di negara itu dan harus menghentikan turnya untuk kembali ke Juba dan menerima Perdana Menteri Ethiopia dan Presiden Eritrea,” katanya.
Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan pada 2011 setelah perjuangan kemerdekaan yang panjang dan berdarah. Namun hanya dua tahun kemudian, perang pecah lagi ketika Kiir menuduh mantan wakilnya Riek Machar merencanakan kudeta.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Konflik meletus yang memecah negara itu menjadi garis etnis. Hampir 400.000 orang diperkirakan telah meninggal dan jutaan orang mengungsi, banyak dari mereka menuju ke ambang kelaparan. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa