Juba, 13 Rajab 1437/21 April 2016 (MINA) – Pemimpin oposisi bersenjata sekaligus mantan wakil presiden Sudan Selatan Riek Machar telah dilarang memasuki ibukota Juba untuk membentuk pemerintah persatuan setelah dua tahun perang saudara.
Machar menuding pemerintah memblokir dirinya untuk kembali ke ibukota.
Sesuai bagian dari kesepakatan pada Senin lalu, Machar seharusnya kembali ke Juba hari itu juga untuk mengakhiri konflik yang telah menewaskan lebih dari 50.000 orang dan memaksa lebih 2 juta orang mengungsi.
Tapi, dua hari kemudian, ia belum bisa lepas landas dari Ethiopia, negara tempat ia menyewa sebuah pesawat untuk para pejabat dan sejumlah besar tentaranya.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Wartawan Al Jazeera Anna Cavell melaporkan dari Juba yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), kedua belah pihak telah saling tuduh melanggar kesepakatan.
“Sekarang ini adalah hari ketiga, apa yang tampak di Juba, kekacauan lengkap,” kata Cavell. “Sulit untuk mendapatkan kejelasan tentang apa masalah sebenarnya.”
Sudan Selatan terjun dalam konflik pada Desember 2013, setelah Presiden Salva Kiir menuduh Machar merencanakan kudeta. Pertempuran awalnya pecah di Juba, tapi setelah Machar dan pendukungnya melarikan diri dari kota, serangan itu menyebar.
Sejak itu, perang menghancurkan seluruh negeri. Badan-badan PBB juga memperingatkan bencana kelaparan dan isu tentara anak yang digunakan oleh kedua belah pihak. (T/P001/R02)
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)