Pemuda Idola, Oleh: M. Waliyulloh

Oleh: M. Waliyulloh, Ketua Pemuda Jama’ah Muslimin (Hizbullah) Lampung

Perjalanan peradaban manusia selalu beriringan dengan kemunculan fenomena-fenomena sosial. Silih berganti dan mengiringi prosesi pergantian generasi kemudian memunculkan tokoh populer yang menjadi idola dan panutan orang orang di masanya. Sebagian orang muncul di atas panggung, naik daun, terkenal, viral.

Remaja muda biasanya menjadi komunitas yang responsif, mereka mudah mengidolakan seseorang namun kesulitan memilih dan memilah apakah sang idol cocok dan layak untuk dikagumi. Sosok idola generasi muda yang mudah diterima adalah penyanyi, bintang film dan lain sebagainya.

Masa remaja pada laki-laki adalah masa yang menggambarkan seorang yang mulai bertumbuh. Sejak itu ia jadi sosok yang punya hobi menyemburkan kegalauan dan meracau karena perasaan hipersensitif. Sebagaimana umumnya orang yang sedang mengalami peralihan dari masa anak-anak menjadi remaja (baligh atau pubertas). Laki-laki dan perempuan menjalani siklus biologis yang berbeda tetapi menyisakan kompleksitas yang sama. Indikasi porsi nafsu mengalami peningkatan pesat merasuk jiwa raga seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan biologis.

Konsekuensinya secara ragawi pemuda anyaran ini mulai belajar bersolek dengan orang aring untuk rambutnya, tidak lupa minyak sinyongnyong untuk menetralisir hormon bau keteknya. Perilakunya juga berubah, matanya jadi lihai mengerling, ia juga jadi pandai merangkai kata bukan puisi tapi rayuan yang menggombal. Fase ini satu paket dengan masa awal remaja atau masa tumbuh sebagai pemuda. Tantangan menjadi semakin berat karena selain tidak bisa dihindari tapi juga harus dijalani.

Masa muda adalah masa dimana warna gloomy bisa jadi pelangi atau warna pelangi justru berubah jadi gloomy. Jika tidak siap bekal iman dalam hati maka sang pemuda akan terjungkal dalam kendali nafsu dan syahwat. Sementara jika bekal iman cukup ia akan lampiaskan dalam kegiatan yang mendorong kesempurnaan metamorfosis dari pemimpi menjadi pemimpin, dari peratap menjadi pejuang.

Eksistensi pemuda bukan hanya berbentuk sosok tubuh tanpa kerut tapi juga harus punya semangat, tekad, kecerdasan serta kesadaran untuk beraktualisasi memanfaatkan kesempatan fase emas untuk hal yang memberikan manfaat bagi diri dan lingkungannya. Para sahabat tercinta Nabi juga mengalami fase yang sama, tapi mereka telah cukup menjalani fase itu dengan paripurna baik sebagai pemimpin maupun sebagai pejuang.

Keteladanan pemuda tidak bisa dipersonifikasi dari para idol karbitan hasil industri ajojing. Apalagi idola yang sarkas dan mengajak kepada maksiat, tidak membawa maslahat bahkan menjadikan pengikutnya generasi peratap. Pemuda muslim yang mengagumi dan meneladani idola sejenisnya itu, berarti jiwa dan akalnya akan memuai yang tersisa hanya kerapuhan. Sebagai pemuda muslim sepatutnya memiliki filter dengan memperdalam literatur tentang pemuda-pemuda hebat dan berakhlak di masa lalu agar bisa memilah sosok ideal yang layak diidolakan.

Mari baca sedikit kisah masa masa perjuangan Rasulullah ada puluhan dan ratusan sosok pemuda ideal yang patut dijadikan idola dan panutan. Mush’ab Bin Umair misalnya sang pemuda legendaris yang memiliki seluruh predikat idealitas pemuda; bangsawan; hartawan, dan rupawan. Tapi hidupnya tak goyah oleh predikat itu. Ia berjuang, berperang. Ia berkorban dan menjadi pemuda pilihan atas begitu kokohnya bekal keimanannya. Pemuda jantan ini tak kenal kata kata basi.

Sosok pemuda ini adalah sosok nyata, fenomenal bahkan melegenda. Ketampanannya diceritakan oleh Sahabat al-Barra bin Azib ketika pertama kali melihatnya di Madinah. Ia berkata; Mush’ab bin Umair adalah seorang laki-laki, yang aku belum pernah melihat orang semisal dirinya. Seolah-olah dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk surga. Dialah , sang pemberani yang menjual dunia untuk membeli akhiratnya.

Dialah pemuda idola yang berani miskin diantara timbunan hartanya. Dialah pemuda idola yang menderita ditengah kesenangan. Dialah pemuda yang rela kedinginan diantara selimut nyaman. Dialah pemuda idola yang memilih lapar diantara lumbung makanan. Dialah pemuda idola yang rangkaian kata tidak cukup menggambarkan pembelaan terhadap keimanannya.

Bukan hanya ketampananannya yang masyhur, Mush’ab bin Umair begitu istimewa dengan kisah heroiknya di perang Uhud sebagai Pemegang bendera ketika Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (kafir Quraisy), menebas tangan kanan Mush’ab hingga terputus. Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang lagi dan menebas putus tangan kirinya. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dadanya. Melihat tubuhnya yang tak bergeming, anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera itu. Ia pun gugur bersimbah darah berkalang tanah.

Keadaanya ini membuat hati Rasulullah teriris sembilu sambil mendoakan untuk kebaikannya. Kemudian Rasulullah membaca ayat: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab: 23). Rasulullah mempersaksikan bahwa sang Pemuda idola ini adalah syuhada di sisi Allah.

Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda, “Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idkhir”.

Pada masa dakwah Rasulullah, kita sejatinya tidak kekurangan idola dari sosok pemuda hebat luar biasa. Kisah heroik mereka tidak sebanding dengan kisah heroik Marvel dan DC. Kisah keberanian dan keteladanan mereka yang harum sulit tertandingi.

Sebenarnya pembahasan ini bukan sekedar membahas tentang idola, tetapi tantangan generasi muda dari zaman ke zaman. Dulu idola adalah sosok dengan indikator jelas, hari ini idola muncul dari indikator yang absurd. Maka miskin kaya, tampan buruk rupa, pintar bodoh bisa tiba tiba terkenal dan dielu-elukan.

Tulisan ini mengajak generasi muda menjelma sebagai pemuda yang utuh dan paripurna raga dan jiwa dalam balutan iman agar bisa menjadi pemuda yang bermetamorfosa sebagai ahli surga. Kalau pemuda galau merasa berat menanggung rindu pada kekasihnya, bagaimana mungkin ia bisa merindukan surga. Wallahu musta’an. (A/wly/B03/P2).

M. Waliyullah adalah tokoh pemuda Lampung, tinggal di Ponpes Al-Fatah, Al-Muhajirun, Natar, Lampung selatan.

Mi’raj News Agency (MINA).

Wartawan: hadist

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.