Pendidikan Palestina Dinilai Ikut Kebarat-baratan

konferensi muslimah HTI, Pendidikan Palestina Dinilai Ikut Kebarat-baratan
Asma Zu’bah. Foto: Rina/MINA

Jakarta, 12 Jumadil Akhir 1438/11 Maret 2017 (MINA) –  Seorang praktisi pendidikan Palestina di wilayah pendudukan, Asma Zu’bah, menilai sistem pendidikan di Tepi Barat sudah terkena westernisasi, utamanya dipengaruhi dari gaya hidup Israel yang mayoritas datang dari barat.

Bukan hanya di barat, Asma melihat generasi muda Palestina juga banyak yang dididik hanya untuk menjadi pekerja di kemudian hari.  Sistem sekolah junior dan senior juga tidak dibangun secara berkesinambungan, sehingga banyak pelajar yang harus mengulang apa yang ingin dipelajarinya dari awal saat masuk ke jenjang yang lebih tinggi.

“Saya sebagai praktisi tidak sepenuhnya percaya pada metode pendidikan yang ada sekarang karena merasa seperti diproyeksikan hanya untuk mencari pekerjaan,” kata Asma kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di sela-sela konferensi Muslimah Hizbut Tahrir Internasional di Jakarta, Sabtu (11/3).

Serupa dengan pernyataan Asma, Direktur CMO Hizbut Tahrir Divisi Muslimah Dr Nazreen Nawaz mengungkapkan di Inggris, tempat di mana dia tinggal, sistem pendidikan makin hari makin mengkhawatirkan. Sekolah-sekolah hanya bertujuan mencetak kemampuan untuk bekerja.

“Tapi ketika pembahasannya masuk kepada isu pendidikan karakter, ini menjadi perdebatan,” katanya.

Dia menuturkan, akibat dari pendidikan kapitalis semacam itu, munculah fenomena baru seperti perundungan atau dikenal dengan bullying di dunia internasional.  Selain itu, meningkatnya kekerasan seksual di kalangan pelajar merupakan salah satu akibat lainnya.

Namun Asma menyebut, kelebihan sistem pendidikan di tanah pendudukan di Palestina adalah peran dari para ibu sebagai pendidik pertama generasi muda.

Menurut wanita yang tinggal di Yerusalem Timur itu, para Muslimah di negeri yang masih terjajah tersebut dituntut tidak hanya menjadi guru di rumah bagi anak-anaknya. Namun, mereka juga menjadi bodyguard selama anaknya menjalani proses pendidikan.

“Wanita memiliki peran besar di sana. Tidak sedikit orang tua yang mengantar anak-anaknya ke sekolah hanya agar ingin melihat selamat dari serangan atau kerusuhan yang biasa terjadi antara pasukan Israel dan warga Palestina,” ungkapnya.

Menguatkan hal itu, menyebut perlunya umat Islam mengembalikan masa-masa keemasan pendidikan melalui sistem khilafah yang sesuai kenabian.

Menurutnya, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam saat ini mengalami krisis  pendidikan tersebut.  Kondisi pendidikan saat ini berada pada kutub yang berlawanan dengan keunggulan pendidikan yang dinikmati negeri Muslim pada masa sistem kekhilafahan berlaku.

Oleh karena itu, mengusung tema “”, konferensi yang digelar sejak kemarin hingga hari ini, diharapkan Iffah dapat mendorong kesadaran yang semakin besar untuk memperjuangkan sistem khilafah Islamiyah.

Selain Palestina dan Inggris, kegiatan ini dihadiri para pembicara dari negara Teluk, Turki, Malaysia dan Belanda serta dihadiri setidaknya 1700 muslimah mulai dari ibu rumah tangga, aktivis, dan wanita berpengaruh lainnya.(L/RE1/RA1)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)