Perempuan Peneliti Indonesia Harus Jadi Agen Perubahan Dunia

Diskusi Publik Peringatan “Perempuan dalam Transformasi Iptek” di Media Center , Jakarta, Kamis (8/3). (Foto: Risma MINA)

Jakarta, MINA – Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terus mendorong para perempuan peneliti agar menjadi agen perubahan bagi dunia ilmu pengetahuan dan riset di Indonesia.

“Saat ini, terdapat 779 perempuan peneliti yang tersebar di 50 satuan kerja LIPI di seluruh Indonesia,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, Enny Sudarmonowati pada Diskusi Publik Peringatan Hari Perempuan Internasional 2018 bertema “Perempuan dalam Transformasi Iptek” di Media Center LIPI, Jakarta, Kamis (8/3).

Pada dasarnya, tambah Enny, LIPI mendukung para perempuan peneliti agar memiliki kinerja optimal dengan dukungan dari sistem dan manajemen LIPI. Salah satunya dengan meningkatkan kompetensi agar mereka dapat diakui dalam jejaring komunitas ilmiah internasional dan menjadi agen perubahan dunia.

Dalam diskusi itu, hadir tiga peneliti berprestasi LIPI. Mereka adalah Siti Nurul Aisyiyah Jenie, peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI, yang juga penerima L’ORÉAL-UNESCO For Women in Science National Fellowship Awards 2017 kategori Material Sciences; Yuliati Herbani, peneliti Pusat Penelitian Fisika LIPI, yang juga penerima L’ORÉAL-UNESCO For Women in Science National Fellowship Awards 2017 kategori Engineering Sciences; dan Sri Rahayu, peneliti Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya LIPI, yang telah mempublikasikan dua spesies baru, (Hoya undulata SRahayu & Rodda dan  Hoya rintzii Rodda, Simmonsson & Srahayu), dan tiga paten/PVT (PVT Aeschynanthus ‘Soedjana Kassan’,  PVT Aeschynanthus ‘Mahligai’ dan  PVT Hoya ‘Kusnoto’).

Yuliati Herbani menuturkan, peran perempuan peneliti saat ini sudah baik dibandingkan dengan sebelumnya.

“Apresiasi pemerintah dan masyarakat Indonesia maupun dunia bagi perempuan peneliti semakin lama semakin meningkat, khususnya ketersediaan porsi-porsi khusus dalam hal pendanaan riset dan beasiswa,” katanya.

Hal ini cukup memotivasi bagi perempuan peneliti yang sudah ada untuk terus berkarya mengimbangi dominasi kaum pria. Selain itu, juga mendorong kaum perempuan pada umumnya untuk bercita-cita menjadi peneliti.

Lalu, apresiasi terhadap peneliti perempuan dirasakan pula berdampak pada perubahan iklim kerja peneliti, dimana peneliti perempuan diberi ruang dan kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi pemimpin dalam suatu kegiatan riset.

Menurut Yuliati, porsi dan apresiasi luas dari berbagai kalangan inilah yang kiranya memungkinkan jenjang karir peneliti tidak lagi menjadi momok bagi perempuan. Sebagai contoh, saat ini di Pusat Penelitian Fisika sudah ada tiga orang perempuan peneliti dari delapan orang peneliti yang telah mencapai jenjang Peneliti Utama.

“Ini merupakan satu indikator bahwa perempuan peneliti juga dapat mencapai jenjang karir tertinggi dengan bersaing secara profesional dengan kaum pria dalam memajukan ilmu pengetahuan di Indonesia,” pungkasnya. (L/R09/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Risma Tri Utami

Editor: Rudi Hendrik

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.