Kinshasa, MINA – Dr. Placide Mbala-Kingebeni, peneliti utama mutase genetik pada virus mpox (cacar monyet) di Kongo, mengatakan, gejala wabah yang banyak muncul pada alat kelamin menciptakan kondisi akan adanya penularan diam-diam.
Dikutip dari The Daily Journal, Sabtu (4/5), meski memiliki tingkat kematian yang rendah, wabah mpox jenis baru ini berbeda demgam wabah sebelumnya di Afrika dengan lesi paling banyak terlihat di bagian dada, tangan, dan kaki yang mudah terlihat.
“Risikonya adalah kecuali pasien sendiri yang melapor, kita akan mengalami penularan penyakit secara diam-diam dan tidak ada yang akan mengetahuinya,” kata Mbala-Kingebeni yang mengepalai laboratorium di Institut Penelitian Biomedis Nasional Kongo, yang mempelajari genetika penyakit.
Kongo sedang berjuang untuk membendung wabah mpox terbesarnya, dengan para ilmuwan mengatakan bahwa jenis baru dari penyakit ini lebih muda menyebar ke masyarakat.
Baca Juga: Syamsuri Firdaus Juara 1 MTQ Internasional di Kuwait
Sejak bulan Januari, Kongo telah melaporkan lebih dari 4.500 kasus dugaan mpox dan hampir 300 kematian. Jumlah tersebut meningkat tiga kali lipat dari periode yang sama tahun lalu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kongo baru-baru ini menyatakan wabah ini di seluruh negaranya sebagai darurat kesehatan.
Para ahli menunjukkan bahwa kurang dari separuh orang di Kongo yang mengidap mpox telah dites,
Mbala-Kingebeni mengatakan sebagian besar orang tertular melalui hubungan seks, dengan sekitar sepertiga kasus mpox ditemukan pada pekerja seks. Baru pada darurat global mpox pada tahun 2022, para ilmuwan menyimpulkan bahwa penyakit ini menyebar melalui hubungan seks, dengan sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki gay atau biseksual.
Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi Enam Pejabat Senior Hamas
Pada bulan November 2023, WHO mengkonfirmasi penularan mpox melalui hubungan seksual untuk pertama kalinya di Kongo.
Ada dua jenis, atau clades, mpox, yang berkaitan dengan cacar dan endemik di Afrika tengah dan barat. Clade 1 lebih parah dan dapat membunuh hingga 10% orang yang terinfeksi. Clade 2 memicu wabah tahun 2022; lebih dari 99% orang yang terinfeksi selamat.
Mbala-Kingebeni dan rekannya mengatakan, mereka telah mengidentifikasi bentuk baru dari clade 1 yang mungkin bertanggung jawab atas lebih dari 240 kasus dan setidaknya tiga kematian di Kamituga, sebuah wilayah dengan populasi sementara yang signifikan melakukan perjalanan ke tempat lain di Afrika dan sekitarnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Diveto AS, DK PBB Gagal Setujui Resolusi Gencatan Senjata Segera di Gaza