Oleh: Fatimah Nurul Fathi, Mahasiswi Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri, melainkan memerlukan bantuan orang lain. Dalam menjalin hubungan antar manusia tidaklah selalu mulus. Akan selalu ada hambatan yang dilalui.
Pertengkaran dalam hubungan antar manusia sering kali terjadi. Sebab manusia tidak luput dari kesalahan. Kesalahan tersebut dapat menimbulkan rasa marah, kesal, kecewa atau bahkan kebencian pada orang lain sehingga enggan untuk memaafkan orang tersebut.
Apabila perasaan tersebut terus berlarut–larut maka dapat menjadi energi negatif yang menumpuk yang dapat berujung pada keinginan untuk membalaskan dendam. Hal ini sangatlah tidak baik, sebab dapat berdampak pada kesehatan mental kita.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Untuk mengatasi hal itu, dalam ilmu psikologi diajarkan konsep memaafkan orang lain. Memaafkan (forgiveness) didefinisikan sebagai suatu proses yang disengaja yang mengubah respon negatif dan penuh dendam menjadi respon yang positif.
Sementara dari sudut psikologi, memaafkan dapat digolongkan menjadi dua, yakni memaafkan orang lain (others forgiveness) dan memaafkan diri sendiri (self forgivenes).
Salah satu teori yang sangat berpengaruh adalah model memaafkan yang dikemukakan oleh Enright and Fitzgibbons’s (2000), yang menjelaskan proses yang harus terjadi agar seseorang sampai dapat memaafkan.
Model tahap ini meliputi fase pembukaan (uncovering) yang meliputi konfrontasi terhadap rasa sakit emosional yang terjadi akibat dari peristiwa menyakitkan, fase pengambilan keputusan di mana korban menyadari bahwa keputusan untuk memaafkan menguntungkan bagi dirinya, fase tindakan di mana pembentukan perspektif berpikir yang baru (reframing) akan memfasilitasi perspective taking, empati dan rasa iba, dan fase hasil di mana korban memperoleh kelegaan emosional yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa iba terhadap orang lain.
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital
Dampak negatif dari keengganan untuk memaafkan orang lain seperti menyimpan dendam pribadi yang dapat berujung pada kejahatan, merasa tertekan, mudah berprasangka buruk, merasa cemas dan tidak tenang, mengganggu kesehatan mental dan mendapatkan dosa.
Memang tidak mudah untuk memaafkan seseorang, namun kunci dari proses memaafkan adalah mengkonfrontasi emosi yang berkaitan dengan pengalaman yang menyakitkan, menyelesaikannya, dan bahkan melepaskan emosi negatif terhadap orang yang menyakiti sehingga dapat menggantikannya dengan emosi yang positif.
Islam mengajarkan kepada setiap manusia untuk saling memaafkan satu sama lain. Sikap saling memaafkan adalah suatu wujud untuk saling menghormati sesama manusia, menjaga kehormatan, harta, serta martabat manusia. Sehingga tali silahturahmi antara manusia tetap terjaga.
Dengan memaafkan dan tetap menjalin silaturahmi yang baik dengan orang yang telah berbuat jahat maka kita akan mendapatkan pahala.
Baca Juga: Amerika itu Negara Para Pendatang!
Seperti yang firman Allah dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 40 yang artinya “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah swt. Sungguh, Dia tidak menyukai orang – orang yang zalim”.
Memaafkan akan memberikan dampak positif berupa kebahagiaan dan ketenangan dalam diri dan dapat merasakan emosi positif, menghapuskan perasaan dendam, iri serta dengki.
Selain itu juga kita akan berhenti menyakiti diri sendiri dengan tidak lagi mengingat hal menyakitkan yang pernah dilakukan seseorang terhadap kita serta terhindar dari gangguan kesehatan mental.
Dalam psikologi kehidupan seseorang akan lebih bermakna dan berbahagia jika seseorang tersebut dapat mengembangkan sisi positif mereka dengan maksimal. Sisi positif tersebut adalah emosi positif dan kepribadian yang bijaksana dan pandai bersyukur dan juga memaafkan.
Baca Juga: Indonesia, Pohon Palma, dan Kemakmuran Negara OKI
Referensi:
Kurniati, N. M. (2009). Memaafkan: Kaitannya Dengan Empati Dan Pengelolaan Emosi. Proceeding PESAT (Psikologi, ekonomi, Sastra, Arsitektur, &Sipil) , A19.
Nihayah, U., Putri, S. A., & Hidayat, R. (2021). Konsep Memaafkan dalam Psikologi Positif. Indonesian Journal of Counseling and Development, 108-110.
(AK/R1/P2)
Baca Juga: Kemenangan Trump dan Harapan Komunitas Muslim Amerika
Mi’raj News Agency (MINA)