Penyebab Siksa Kubur

Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA

Bismillah. Betapapun beratnya ujian yang ada di dunia ini, masih tidak seberapa bila dibanding dengan azab yang akan dirasakan oleh seseorang di dalam kelak bila ia termasuk orang-orang yang lalai.

Betapa banyak amalan dalam syariat mulia ini (Islam) yang menurut sebagian kita masih dianggap sebelah mata (sepele) padahal di sisi Allah bila tidak diamalkan bisa berefek fatal di alam kubur kelak. Simaklah salah satu hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tentang penyebab kubur.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati salah satu sudut kota Madinah atau Makkah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang diazab di kubur.

يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ

Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar, namun sesungguhnya itu perkara besar. Orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi diri ketika kencing. Adapun orang yang kedua disiksa karena suka mengadu domba (namimah).” (HR. Bukhari no. 216 dan Muslim no. 292).

Ada beberapa pelajaran berharga yang bisa dipetik dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di atas, antara lain sebagai berikut.

Pertama, salah satu penyebab siksa kubur, ada dua di antaranya ialah, penebar namimah (adu domba) dan tidak berhati-hati dalam kencing. Imam Nawawi berkata, “Namimah adalah menukil perkataan orang lain dengan tujuan untuk membuat kerusakan. Namimah inilah sejelek-jelek perbuatan.”

Baca Juga:  Hebatnya Jadi Wartawan Muslim, Pelanjut Risalah Nabi SAW

Mengadu domba pihak yang satu dengan yang lain sangat berakibat fatal. Salah satu efek namimah ini adalah munculnya perselisihan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Bahkan, tak sedikit media-media hari ini yang melakukan namimah dengan tujuan supaya laku, meski harus mengorbankan nama baik satu kelompok atau seseorang.

Namimah adalah penyakit yang sering ditimbulkan oleh lisan. Maka tak heran ada pepatah mengatakan, Mulutmu adalah Harimaumu. Tak sedikit hanya karena lisan yang salah bicara atau senang mengadu domba, banyak pihak menjadi korban.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjamin seseorang untuk masuk Surga selama ia bisa menjaga lisannya seperti sabdanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi jaminan surga pada seorang muslim yang dapat menjamin lisannya. Dari Sahal bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menjamin untukku apa yang ada di antara kedua dagunya (lisan) dan apa yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan/farji), maka aku akan menjamin untuknya surga.” (HR. Al-Bukhari).

Kedua, wajibnya seorang muslim membersihkan diri dari bekas kencing. Hendaknya kencing tersebut benar-benar dibersihkan dari badan, pakaian atau tempat shalat. Kita tidak boleh gampang-gampang dalam hal pembersihan ini. Karena  hal ini akan menjadi  sebab datangnya siksa kubur.

Karena itu, salah satu cara buang air kecil (kencing) yang benar adalah dengan jongkok bukan dengan berdiri. Sebab jika kencing dengan berdiri, maka ada saja pancaran air kencing itu yang mengenai pakaian (celana). Jika pakaian sudah terkena air kencing, maka shalat yang dilakukan menjadi tidak sah. Buang air kecil sekilas dianggap remeh, tapi akan berdampak besar bila kita melakukannya tidak sesuai dengan tuntunan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Baca Juga:  Hebatnya Jadi Wartawan Muslim, Pelanjut Risalah Nabi SAW

Dari Abu Hurairah Ra, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bersihkanlah diri dari kencing. Karena kebanyakan siksa kubur berasal dari bekas kencing tersebut. “ (HR. Ad Daruquthni)

Ketiga, kematian bisa datang kapan dan dimana saja secara tiba-tiba. Sejatinya bagi seorang yang beriman selalu mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin dan sebanyak mungkin amal ibadah. Persiapan yang matang menghadapi kematian, adalah salah satu perkara yang bisa menyelamatkan seseorang dari azab kubur.

Di antara persiapan menghadapi maut adalah segera bertaubat, menunaikan kewajiban syariat, memperbanyak amal shalih, memperbaiki akidah, berbuat baik pada orang tua, menyambung silaturahim, dan amal-amal shalih lainnya. Dengan amalan tersebut Allah Azza wa Jalla memberinya jalan keluar dari tiap kesulitan dan kesusahan.

Keempat, fitnah (ujian) dan azab kubur adalah masalah besar bukan masalah remeh, sehingga Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam memohon perlindungan dari hal itu, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Beliau pun sangat menekankan kepada umatnya untuk memohon perlindungan kepada Allah dari segala fitnah dan azab kubur.

Dari Abu Hurairah Ra. Rasulullah Shallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وعن أَبي هريرة – رضي الله عنه – : أنَّ رسُولَ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – ، قَالَ : (( إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ أرْبَعٍ ، يقول : اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ )) . رواه مسلم .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bila salah seorang di antara kalian bertasyahud, hendaklah ia meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan mengucapkan, ‘ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAM, WA MIN ‘ADZABIL QOBRI, WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT, WA MIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAAL’ (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal).” (HR. Muslim, no. 588)

Baca Juga:  Hebatnya Jadi Wartawan Muslim, Pelanjut Risalah Nabi SAW

Saudaraku, perbaiki diri kita setiap saat untuk menyongsong kematian yang hanya Dia saja tahu dimana dan kapan akan memanggil hamba-Nya. Perbaiki lisan dan cara kita membuang air keci, sebab keduanya bukan masalah sepele. Jika saja selama ini cara kita kencing belum sesuai sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka segeralah perbaiki, dan bersucilah dengan bersih agar tidak ada lagi air najis itu yang tersisa.

Jika selama ini lisan kita masih sering dikotori dengan namimah, maka bertaubatlah dengan memperbanyak istighfar. Sebab tak sedikit karena lisan seseorang menjadi pendusta. Tak sedikit akibat lisan yang tak terjaga banyak orang yang tersakiti sehingga di akhirat kelak akan ada pertanggungjawaban.

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari segala keburukan, terutama keburukan di alam kubur berupa siksa kubur, wallahua’lam. (A/RS3/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.