PERAN MUSLIMAH DALAM PERADABAN ISLAM

Imtenan B Ibrahim, Mahasiswi Sekolah Tinggi Islam Al Fatah (STAI) asal Filipina. (Foto: dokumen pribadi
Imtenan binti Ibrahim, Mahasiswi STAI Al-Fatah Bogor asal Filipina. (Foto: dokpri)

Oleh: Imtenan binti Ibrahim, Mahasiswi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah Bogor asal Filipina, magang di Kantor Berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Pengantar

Pada zaman era globalisasi saat ini, banyak tantangan dan ujian yang dihadapi dalam membangun . Kita hidup pada zaman modern di mana semua dilakukan demi tuntutan hidup.

Tak ketinggalan peran  media sekuler yang terus- menerus menebar  fitnah   dan kebohongan  demi menghinakan   kehormatan saudari- saudari kita, kaum Muslimah.  Semua ini mereka  lakukan  karena  mereka sadar bahwa Muslimah berperan  penting dalam membangun peradaban Islam.

Kekerasan, serta pelecehan dan diskriminasi terhadap kaum Muslimah juga masih terjadi, seperti terjadi di Palestina. Aksi kekerasan terjadi saat memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret, lebih dari 30 warga Palestina, sebagian besar perempuan, terluka saat tentara Israel membubarkan paksa aksi damai di pos pemeriksaan Qalandiya antara Al-Quds dan Ramallah.

Tentara Israel menembakkan tabung gas air mata, granat setrum, peluru karet berlapis, dan semprotan merica terhadap ratusan perempuan dalam rangka mencegah mereka mencapai pos pemeriksaan. Empat belas dari 30 yang terluka dievakuasi ke rumah sakit terdekat.

Sebagai kaum Muslimah harus pandai bergaul dalam lingkungan masyarakat, tapi ia juga harus memposisikan dirinya sebagai seorang Muslimah sejati, yang tidak mudah terpengaruh oleh yang membahayakan dirinya.

Islam sesungguhnya memberikan ruang yang cukup luas bagi Muslimah. Perannya bukan hanya di dalam keluarga saja, melainkan juga di lingkungan masyarakat, negara dan juga agama. Islam memberikan keleluasaan muslimah untuk berprestasi dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.

Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An-Nahl [16]: 97).

Ayat ini menjelaskan bahwa Islam tidak membeda-bedakan antara laki-laki dan perempuan, tetapi yang membedakan di antara mereka adalah tingkat keimanan yang mereka miliki.

Dalam pandangan Allah, jenis kelamin tidak berpengaruh dalam meraih derajat keimanan, meski utusan Allah atau para nabi adalah laki-laki. Namun, kenabian ilahi adalah tanggung jawab dan tugas suci yang harus disampaikan ke seluruh umat manusia.

Oleh karena itulah muslimah merupakan komponen dalam keluarga dan masyarakat yang sangat menentukan perannya dalam membentuk generasi, dan dalam membangun perdaban dengan menciptakan karya-karya yang positif dan bermanfaat bagi orang lain.

Paling tidak ada dua peran Muslimah dalam membangun peradaban. Pertama, Faktor Internal. Peran muslimah yang terpenting adalah dalam keluarga. Ia merupakan sosok seorang isteri sekaligus seorang ibu.

Sebagai seorang isteri, muslimah wajib berbakti kepada suami, dengan membangun keluarga yang sakinah, mawaddah wa rohmah. Di sini muslimah memiliki peran dalam membentuk generasi penerus.

Kedua, Faktor Eksternal, yaitu faktor dari luar yang menuntut Muslimah untuk membentuk peradaban. Faktor ini meliputi faktor sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, serta bdakwah amar ma’ruf nahi munkar.

Maka, dua faktor inilah yang dapat membentuk peran muslimah dalam peradaban. Karena itu, muslimah juga dituntut untuk cerdas dan pandai. Muslimah diwajibakan mengamalkan tiap ilmu yang dimiliki sehingga bisa bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain.

Islam sangat menjaga, menghormati dan melindungi hak-hak kaum perempuan. Seperti pada Perang Bani Qainuqa’, saat Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi Wassallam  memberikan  penjagaan  khusus pada  kaum Muslimah. Ini membuktikan bahwa Islam mengarjakan  untuk membela  kehormatan  Muslimah.

Tetapi apa yang terjadi sekarang? Jika kita mendengar  panggilan  untuk menolong kaum Muslimah  yang terdalimi di berbagai penjuru negeri, maka kita lihat  tidak ada jawaban sama sekali dari yang menamakan dirinya aktivis kemanusiaan.

Apakah  memang sudah tidak ada lagi kaum laki-laki? Karena sesungguhnya tugas laki-laki adalah menjaga kehormatan  saudarinya  Muslimah, seperti yang  dilakukan Rasulullah  Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Ini adalah sunnahnya  diikuti  oleh para Khalifah  setelah beliau.

Kaum Muslimah sangat berperan dalam membangun peradaban Islam. Seperti kita ketahui, dan sejarah mencatat, bahwa orang yang pertama kali masuk Islam adalah Muslimah, yaitu Khadijah. Serta orang  yang pertama syahid dalam membela Islam juga adalah seorang Muslimah. Siapakah dia? Dia adalah Sumayyah. Ulama terhebat dalam Islam adalah dari kalangan kaum Muslimah pula. Siapakah dia? Dia adalah A’isyah Radhiallahu ‘Anha.

Kisah sejarah mereka membuktikan peran mereka dalam  perjuangan menegakan Islam bersama Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Penutup

Merekalah kaum Muslimah yang sanggup mendampingi mendampingi perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, dan dalam berbagai kegiatan dakwah dan ketika orang-orang kafir memerang Rasullullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam.

Keluarga yang paling dicintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam, juga adalah wanita. Siapa itu? Fatimah Radhiyallahu ‘Anha.

Salah seorang pahlawan Islam terhebat adalah perempuan, dialah Khawlah binti Al- Azwar. Ia adalah Muslimah bersama mujahidin penunggang kuda saat bertempur dan membunuh banyak orang kafir. Di sini kaum Muslimah pun boleh berjuang dalam jihad dan berperang secara fisik setelah mendapatkan ijin dari pimpinan.

Dan yang pasti, kaum Muslimah shalihah itulah perhiasan terbaik di dunia ini, yang kilau keimanannya memancarkan kebaikan dunia akhirat. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

Artinya: “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik- baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”. (H.R. Muslim).

Karena itu, hak kaum Muslimah dalam Islam adalah suci, maka pastikanlah mereka mendapatkan hak yang telah ditetapkan bagi mereka. Wallahu a’lam bishshawab. (T/Imt/P005/P4).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Admin

Editor: Ali Farkhan Tsani

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0