Jejak Peradaban Islam di Maroko dan Spanyol

Delegasi Majelis Ulama Indonesia yang dipimpin Sekjen MUI Buya Dr Amirsyah Tambunan mengunjungi lembaga penting untuk pendidikan calon imam, dai, dan kaderisasi ulama, yakni Institut Muhammad VI di Rabat, Jumat (26/4/2024). (Foto: MUI Digital)

Oleh Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional

 

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan muhibah ke Maroko dan Spanyol pada 23 April hingga 2 Mei 2024.

Pimpinan MUI yang mengikuti acara ini ialah Dr. Amirsyah Tambunan, MA (Sekjen MUI), Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA (Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional) Dan Dr. KH. Jeje Zainuddin (Ketua MUI Bidang Seni Dan Budaya).

Ini adalah muhibah internasional ketiga menyusul muhibah ke Hebron Palestina, Yordania, Dan Uzbekistan tahun sebelumnya yang diselenggarakan oleh Bidang Hubungan Negeri Dan K erjasama Internasional.

Muhibah yang juga diikuti sejumlah pengurus mui lain, akademisi, praktisi pendidikan dan tokoh masyarakat secara umum dimaksudkan untuk mempererat hubungan internal umat Islam di dua negara tersebut.

Ukhuwah Islamiyah memang menjadi program penting disamping Ukhuwah basyariyah mengingat banyak hal yang dihadapi dalam skala global. Secara khusus, agenda penting dalam Muhibah ini yaitu penelusuran dan napak tilas sejarah dan peradaban Islam serta dialog dengan pejabat dan tokoh penting Maroko, dan masyarakat Indonesia tentang berbagai isu penting dan strategis.

Jejak Peradaban Islam

Maroko dan Spanyol adalah dua negara penting antara lain karena terhubungkan dengan Islam dan sejarah umat Islam. Dimulai pada tahun 670 M, Islam masuk ke wilayah Maroko seiring dengan penaklukan Bani Umayyah di bawah pimpinan Uqba ibn Nafi. Berawal dari peristiwa inilah budaya dan ajaran Islam mulai berkembang pesat di Maroko yang sebelumnya didominasi oleh Kristen.

Baca Juga:  Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Palestina Tinggal di Pantai Gaza

Membutuhkan waktu tidak singkat untuk proses asimilasi atau pembauran budaya dengan masyarakat Maroko. Baru sekitar tahun 788 M, secara politik berdiri Dinasti Idrisiyah dengan Moulay Idris sebagai pemimpin pertama.

Kepemimpinan kerajaan sepanjang sejarahnya silih berganti. Dimulai dinasti Idrisiyah, kemudian dilanjutkan oleh dinasti Fatimiyah setelah hampir 100 tahun berkuasa. Dinasti Fatimiyah Syiah Ismailiyah dilanjutkan Dinasti Muwahhidun, Murobbitun, Marrin, Wattasy, sempat menjadi protektorat Perancis, hingga merdeka tahun 1956 di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad V dengan sistim monarki konstitusional.

Data tahun 2021, Penduduk Maroko 99% beragama Islam. Lalu tahun 2022, berdasar survei world population, persentase muslim di Maroko juga masih di angka 99 % dari 37,930,989 sehingga membuat negara ini termasuk 10 besar persentase muslim tertinggi di dunia ( sekitar 37,457,971 orang).

Jejak-jejak historis dan peradaban Islam masih terasa tidak saja di berbagai situs sejarah (misalnya benteng, masjid-masjid Sultan, perumahan Madinah Qodim dan Madinah Jadid) akan tetapi juga dalam kehidupan dan tradisi Muslim sehari-hari bahkan hingga hari ini. Kuat keyakinan terhadap ungkapan bahwa Maroko atau Maghribi ini merupakan Baladul Auliya, negeri para Wali yang ditandai dengan banyaknya Tarekat dan kuatnya tradisi sufistik.

Baca Juga:  Adab Berkendara Agar Selamat 

Kekuasaan politik Dinasti Muwahhidun Dan Murobbitun pun menegaskan kuatnya pengaruh Tarekat dalam politik di Maroko. Kemudian gambaran masyarakat multi kultural dan pemerintahan nampak juga secara arsitektural di berbagai gedung. Ada sentuhan dan pengaruh arsitektur lokal, Islam, Eropa (Perancis). Bahkan tidak sedikit gedung bercirak khas abad pertengahan Eropa.

Seperti di Maroko, Islam di Spanyol juga sudah panjang sejak Abad ke 8 dimulai dengan penaklukan semenanjung Iberia oleh Bani Umayyah era Khalifah Walid bin Abdul Malik.

Semenanjung Iberia ini meliputi Spanyol, Portugal, Andora, Gibraltar, dan sebagian wilayah Perancis. Khusus Islam Spanyo inil, nama Tariq bin Ziyad, seorang Barbar, berperan penting melalui penaklukan Jabal Thoriq atau Gibraltar tahun 711 yang membuka penaklukan Kordoba, Granada, Toledo, Sevilla, Zaragoza, hingga Navarre.

Jadi, Thorif bin Malik, Tharif ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair dianggap sebagai tokoh yang membawa Islam ke Spanyol pertama kali.

Seperti di Maroko, jejak peradaban Islam yang telah terukir di Spanyol masih bisa terlihat. Apalagi, Islam pernah mengalami kejayaannya secara politik, sosial, ekonomi, pendidikan dan ilmu pengetahuan, bahkan kultural di spanyol.

Baca Juga:  Ssst… Jangan Ghibah!

Dari sisi peradaban, tidak sedikit yang berpandangan bahwa Islam telah menemukan peradaban agung Eropa sebagaimana judul sebuah buku Islam Discovered Europe. Akan tetapi pada akhirnya mengalami kejatuhan yang sangat serius sejak Reconquista Eropa Kristen.

Peradaban Islam jatuh apalagi pernah diterapkan politik purity of blood abad 15 yang melahirkan diskriminasi, pengucilan dan bahkan penghancuran terhadap Muslim dan bahkan Yahudi.

Tidak seperti era Islam, kekuasaan Eropa Kristen, terutama di Spanyol, mengembangkan spirit diskriminasi dan bahkan phobia terhadap Islam dan umat Islam.

Ibrah Historis

Sejarah, dinamika dan perkembangan Islam dan umat Islam di dua negara ini mengajarkan beberapa hal penting, antara lain:

Pertama, Islam telah menjadi kekuatan yang menginspirasi (inspiring), merubah (transforming) dan memberikan arah (trend setting) kehidupan dan peradaban mulia ke depan.

Kedua, peradaban Islam ini diperkokoh dengan keimanan, ditopang oleh ilmu pengetahuan, kekuasaan dan kebijakan politik dan ekonomi yang kuat.

Ketiga, melalui keputusan politik dan jalan kultural, umat Islam menyemai dan memperkuat prinsip keterbukaan, respek, toleransi, persaudaraan atas dasar agama dan kemanusiaan untuk kemaslahatan dan ke-rahmatan alam.

Keempat, memperhatikan krisis multi dimensional global yang semakin akut saat ini, maka dialog dan kerjasama secara equal antar masyarakat dunia menjadi penting.

Kelima, phobia terhadap “the others” harus dipupus karena akan menghancurkan, hidup berdampingan ko-eksisten harus diperkokoh karena akan mendatangkan ke-rahmatan alam.

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: sajadi

Editor: Arif Ramdan