Dhaka, MINA – Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Senin (5/8), memutuskan untuk mundur dan meninggalkan negara tersebut. Keputusan tersebut diambil setelah kekerasan yang paling mematikan sejak negara Asia Selatan itu berdiri lebih dari lima dekade lalu menyebabkan jumlah korban terus meningkat.
Aljazeera melaporkan, Senin (5/8) Jenderal Waker-Us-Zaman, Kepala Angkatan Darat, mengungkapkan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa Hasina, 76, telah meninggalkan negara tersebut dan pemerintah sementara akan segera dibentuk.
Menurut laporan media, dia terbang menggunakan helikopter militer bersama saudara perempuannya dan sedang menuju India. Saluran televisi CNN News 18 melaporkan bahwa dia telah mendarat di Agartala, ibu kota negara bagian Tripura di timur laut India.
Siaran di sejumlah televisi di Bangladesh memperlihatkan ribuan orang turun ke jalan-jalan ibu kota Dhaka dengan penuh semangat dan meneriakkan slogan-slogan.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Negara di Asia Selatan tersebut kembali dilanda protes yang menyerukan pemerintah untuk mundur. Protes yang disertai kekerasan pada bulan Juli itu menuntut penghapusan sistem kuota dalam pekerjaan pemerintah.
Mahasiswa pun telah menolak kemungkinan pengambilalihan kekuasaan oleh militer. Asif Mahmud, koordinator utama demonstrasi yang sedang berlangsung, mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa mahasiswa tidak akan menerima pengambilalihan oleh militer.
Sementara itu, ribuan orang lainnya menyerbu kediaman resmi Hasina, ‘Ganabhaban,’ merusak tempat tersebut, sambil meneriakkan slogan, mengepalkan tangan, dan menunjukkan tanda-tanda kemenangan.
Gambar televisi juga menunjukkan para pengunjuk rasa berkumpul di ruang tamu kediaman tersebut. Beberapa di antaranya bahkan membawa pergi televisi, kursi, dan meja dari salah satu bangunan paling aman di negara itu. []
Baca Juga: Presiden Venezuela: Bungkamnya PBB terhadap Gaza adalah Konspirasi dan Pengecut
Mi’raj News Agency (MINA)