Perjalanan Abadi Kampung Akhirat

Oleh : Ust. , Da’i Lembaga Bimbingan Ibadah dan Penyuluhan Islam (LBIPI) Al-Fatah Bogor, Jabar

Di dalam kalam suci-Nya, Allah berfirman :

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

Artinya: ”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash [28]: 77).

Betapa ayat ini mengingatkan agar kita manusia mencari pahala negeri akhirat melalui apa yang Allah berikan kepada kita berupa harta benda.

Ungkapan ”harta tak dibawa mati”, secara dzahiriyah ya, memang. Namun secara maknawi, harta bisa juga dibawa mati. Yaitu, harta yang semasa hidup kita, kita gunakan untuk hal-hal yang diridhai Allah. Yakni dengan mengamalkan ketaatan kepada Allah melalui harta itu di dunia.

Ayat ini sekaligus mengingatkan kita agar tidak melupakan bagian kita di dunia, untuk menyukai dunia ini dengan hal-hal yang halal, tanpa berlebihan. Namun jangan lupa pula dalam menjalani kesenangan dunia ini, kita harus senantiasa berbuat baik kepada orang-orang, antara lain dengan memberikan sedekah. Sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita dengan memberikan harta kepada kita.

Kadang terbersit dalam angan-angan kita, seandainya karier meningkat, punya jabatan strategis, bisnisnya lancar, dan harta kekayaannya bertambah, maka akan meningkat pula sedekahnya, lancar pula ibadahnya, serta bertambah pengeluarannya untuk membiayai kepentingan di jalan Allah atau sosial.

Namun pada kenyataannya, semua angan yang telah diraihnya, kadang tidak membuat kita menambah ketakwaan kepada Sang Pencipta alam semesta. Justru semakin tenggelam dalam kesibukan mengurus dunianya, malah cenderung melupakannya.

Justru kita kalah jauh dari mereka yang tinggal di rumah sederhana di kampung, atau pedagang asongan, atau buruh rendahan. Tapi mereka tidak pernah tinggal shalat. Mereka juga tak melupakan menyisihkan hartanya, walau dua ribu atau lima ribu untuk sedekah di kotak masjid misalnya.

Ayat di atas sekaligus mengajarkan, bahwa Islam sebagai agama yang sempurna mengatur tentang keseimbangan hidup, dunia dan akhirat. Bukan meninggalkan dunia hanya untuk akhirat atau sebaliknya meninggalkan akhirat hanya mengejar dunia.

Dalam hal ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ وَلاَ اخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتّى يُصِيْبُ مِنْهُمَاجَمِيْعًا فَاِنَّ الدَّنْيَا بَلَاغٌ اِلَى اْلاخِرَةِ وَلَاتَكُوْنُوْا كَلًّ عَلَى النَّاسِ

Artinya :Bukanlah orang yang paling baik di antara kalian adalah orang orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk mengejar akhirat, atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia, hingga dapat memadukan keduanya (dunia dan akhirat), dan janganlah kamu menjadi beban orang lain.” (HR Ibnu Asakir dari Anas bin Malik).

Hanya yang jelas adalah bahwa dunia bukanlah tujuan hidup, tapi sarana untuk meraih kehidupan akhirat. Kehidupan dunia tidak lain adalah ladang untuk kita memanen pahala di akhirat. (Ad-dunya mazro’atul akhirah).

Semestinyalah, ketika Allah memberi kita karunia berupa finansial berlebih, janganlah kita berfokus untuk meningkatkan standar hidup kita. Akan tetapi lebih memperhatikan untuk kita meningkatkan standar kita dalam bersedekah. Demikian juga manakala Allah memberikan kelebihan rezeki kepada kita, janganlah kita ingin bernafsu meningkatkan gaya hidup kita. Akan tetapi hendaklah kita meningkatkan jiwa kita untuk menjadi orang yang lebih dermawan untuk kepentingan jalan Allah.

Adapun selanjutnya, dalam kehidupan dunia untuk akhirat ini, kita diberi rambu-rambu oleh Allah yang menciptakan dunia ini, agar kita tidak berbuat kerusakan dan tidak berbuat kejahatan terhadap sesama makhluk di muka bumi. Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Semoga Allah senantiasa membimbing kita di jalan yang lurus, dan menguatkan kita untuk menambah bekal . Aamiin. (A/RS2/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Ali Farkhan Tsani

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.