Permintaan Jalan yang Aman dari “Neraka di Bumi”

Ketua Raed Al Saleh (tanpa helm). (Foto: dok. Odyssey)

Oleh Raed Al-Saleh, Kepala Pertahanan Sipil Suriah (White Helmet)

Selama 24 hari saya berharap agar orang-orang Ghouta (Timur) segera bisa menghirup udara segar tanpa mencium bau busuk kematian yang telah memenuhi setiap jalan, setiap sudut, setiap rumah selama lebih dari sebulan.

Saya berharap bahwa Resolusi Dewan Keamanan PBB 2401, yang meminta penghentian permusuhan 30 hari, negara-negara paling kuat di dunia akhirnya akan berhasil melindungi warga sipil di Suriah. Tapi lagi-lagi resolusinya ternyata tidak lebih dari sekedar membuang tinta.

Serangan terhadap Ghouta – pinggiran ibu kota Damaskus – telah berlangsung selama lebih dari sebulan. Lebih dari 1.300 warga sipil terbunuh (kini lebih 2.500) dan 4.000 lainnya cedera. Semua jenis senjata telah digunakan untuk melawan warga sipil: bom drum, bom curah, senjata pembakar, dan rudal.

Tidak diragukan lagi, strategi paling kejam adalah penggunaan gas beracun seperti klorin untuk memaksa orang keluar dari ruang bawah tanah, tempat mereka bersembunyi saat terkena serangan udara.

Serangan gencar terlalu kuat bagi White Helmet agar bisa mengambil kembali semua mayat dari bawah reruntuhan. Sasaran ke pusat usaha dan respon kami telah menghancurkan sebagian besar peralatan kami.

Satu sukarelawan tewas  hari Jumat (16/3, ketika dia menjadi sasaran saat berlari ke pusat penyelamatan, setelah ambulansnya diserang dengan tembakan. Dia adalah relawan Helm Putih ke-10 yang tewas dalam serangan terbaru ini. Tim di lapangan hidup melalui satu hari di bawah ancaman bahaya.

Skenario yang kami saksikan di Aleppo sedang diulang di Ghouta. Rezim Suriah dan Rusia mengejar strategi perang bumi hangus dengan dukungan milisi Iran dan Lebanon. Mereka mengatakan kepada dunia bahwa mereka membuka “koridor kemanusiaan”, tetapi kami menyebutnya “koridor kematian”.

Warga sipil yang mencoba melarikan diri melalui rute-rute ini ke daerah-daerah yang dikendalikan rezim masih menjadi sasaran. Banyak yang terbunuh. Rezim tersebut menggunakan ribuan warga sipil yang melarikan diri sebagai perisai manusia di depan tank mereka untuk menaklukkan kota Hammuriyeh, puluhan orang tewas dalam proses tersebut.

Di dalam Ghouta tetap ada ribuan warga sipil yang tangguh di daerah kantong: para dokter yang bekerja selama 72 jam tanpa tidur, para guru yang terus mengajar di ruang bawah tanah dan White Helmet yang masih menyelamatkan nyawa, banyak di antaranya yang Anda dukung dengan dana dan kata-kata selama beberapa tahun terakhir.

Orang-orang ini telah menjasi sasaran secara sistematis oleh rezim dan sekutu-sekutunya selama bertahun-tahun dan mereka masih menghadapi risiko yang besar. Jika mereka tidak terlindungi, mereka akan menjadi orang pertama yang ditangkap atau dibunuh oleh pasukan rezim.

Kita seharusnya tidak meragukan kemampuan rezim Suriah untuk eksekusi massal atau penahanan berskala besar. Memang ini adalah salah satu karakteristik yang menentukan dari peraturan Bashar Al-Assad.

Hari ini saya katakan kepada penandatangan Resolusi Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa: gencatan senjata Anda gagal. Paling tidak yang dapat Anda lakukan adalah menjamin bahwa warga sipil yang ingin melakukan perjalanan ke wilayah lain di wilayah Suriah memiliki hak dan perlindungan.

Semua orang yang mencari “evakuasi” dari Ghouta harus dilindungi dari pembunuhan sistematis dan eksekusi massal. Saya harap fragmen nurani Anda tetap ada, mungkin memutuskan untuk melakukan sesuatu agar membiarkan warga sipil meninggalkan apa yang telah digambarkan oleh PBB sebagai “neraka di bumi”

White Helmet dikenal juga dengan nama Pertahanan Sipil Suriah. Kelompok ini telah menyelamatkan ribuan warga sipil yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan setelah serangan udara atau yang terjebak dalam pertempuran di Suriah.

Mayoritas dari 3.700 anggota mereka adalah laki-laki, tapi ada pula tim penyelamat perempuan.

White Helmet muncul pada tahun 2013, ketika konflik Suriah mendekati tahun ketiga. Mereka umumnya beroperasi di zona-zona yang ditempati oposisi, karena wilayah oposisi adalah wilayah target serangan udara rezim Suriah dan sekutunya Rusia.

Sejak berdirinya, lebih dari 200 sukarelawan mereka telah meninggal dan 500 lainnya terluka.

“Menyelamatkan satu kehidupan adalah menyelamatkan seluruh umat manusia”, itulah motto mereka yang diambil dari sebuah ayat di dalam Al-Quran.

Sebagian anggota mereka telah menerima pelatihan di luar negeri, lalu pulang untuk mengajari rekan mereka tentang teknik pencarian dan penyelamatan.

Kelompok tersebut menerima dana dari sejumlah pemerintah Barat, termasuk Inggris, Jerman dan Amerika Serikat, tapi juga meminta sumbangan individu untuk membeli peralatan.

Pada Februari lalu, mereka mengumumkan kekurangan pendanaan internasional. (AT/RI-1/RS1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: illa

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.