
Mantan Presiden Gambia Yahya Jammeh lambaikan tangan perpisahan kepada para pendukungnya di bandara Banjul, Gambia, pada Sabtu malam, 21 Januari 2017. (Foto: STRINGER/AFP/GETTY IMAGES)
Banjul, 23 Rabi’ul Akhir 1438/22 Januari 2017 (MINA) – Saat menaiki pesawat hendak meninggalkan Gambia setelah memutuskan mundur sebagai presiden, Yahya Jammeh berpaling kepada para pendukungnya lalu mencium Al-Quran yang selalu dibawanya dan melambaikan tangan.
Itu adalah lambaian tangan untuk terakhir kali kepada para pendukungnya, termasuk kepada para tentara yang menangisi keberangkatannya pada Sabtu (21/1) malam.
Meskipun puluhan ribu warga Gambia telah melarikan diri dari negara selama pemerintahannya, tapi pendukung Jammeh berbondong-bondong datang ke bandara untuk melihat dia berjalan di karpet merah menuju pesawatnya.
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza
Jammeh awalnya menerima kekalahannya dalam pemilu presiden, tetapi kemudian menolak hasil pemilu dan mengumumkan keadaan darurat nasional dalam upaya mempertahankan kekuasaannya.
Jammeh mendarat di Guinea satu jam setelah meninggalkan negaranya. Ada dugaan bahwa Guinea bukan menjadi tujuan terakhirnya.
Selama memimpin Gambia, Jammeh menjadi seorang presiden yang memiliki tradisi selalu membawa kitab Al-Quran dan tasbih selain tongkat komando.
Jammeh dan keluarganya menuju ke pengasingan politik mengakhiri pemerintahannya selama 22 tahun. Demikian The Guardian memberitakan yang dikutip MINA.
Baca Juga: Lavrov: G20 Sambut Baik Perundingan Rusia-AS di Riyadh
Sebelumnya, bergantian para pemimpin negara-negara Afrika Barat gagal membujuk Jammeh untuk menyerahkan jabatannya kepada Presiden Gambia terpilih Adama Barrow.
Barrow yang kepresidenannya didukung oleh PBB terpaksa dilantik sebagai presiden di Kedutaan Gambia di Dakar, ibukota Senegal pada Kamis (19/1). (T/RI-1/RS3)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Rusia Soroti Perlunya Palestina Merdeka untuk Selesaikan Krisis Gaza