PERUSAHAAN IT GAZA BERCITA-CITA MENJADI SEBESAR GOOGLE

Pegawai palestina sedang melakukan pengolahan data di perusahaan Unit One di kota gaza .( Foto: reuters)
Pegawai palestina sedang melakukan pengolahan di perusahaan Unit One di kota gaza .( Foto: reuters)

Gaza, 4 Rabi’ul Akhir 1436/25 Januari 2015 (MINA) – Perusahaannya mungkin tidak menyaingi atau pembuat software Jerman SAP, tapi pengusaha yang berbasis di Gaza Saady Lozon memiliki rencana untuk mengubah itu.

Dalam sembilan tahun, Lozon dan rekannya Ahmad Abu Shaban telah mengubah perusahaan mereka menjadi Unit One. Perusahaan itu memulai dari pelengkapan yang kecil di sebuah ruangan di Jalur Gaza yang diblokade menjadi bisnis yang sukses dengan pelanggan dari Eropa, Amerika Serikat dan dunia Arab.

Mereka tidak bisa meninggalkan Gaza dengan mudah, tetapi mereka dapat mengembangkan untuk perangkat Web dan mobile secara online. Mereka menyediakan layanan data manajemen untuk pelanggan internasional. Perusahaan mereka bersaing dengan perusahaan-perusahaan di India dan di tempat lain, Gulfnews dikutip Mi’raj Islam News Agency (MINA) sebagai laporan, Ahad (25/1).

“Kami telah berhasil membuat lubang di dinding blokade itu,” Lozon (33) mengatakan perusahaannya akan segera menambah lebih dari 60 karyawan dari yang sebelumnya 13 karyawan. Kebanyakan karyawannya adalah perempuan.

“Kami mengirim dengan tepat waktu, seperti yang pelanggan inginkan.” Lozon dan Abu Shaban mempunyai ide itu setelah lulus dari ilmu komputer. Lozon bekerja sebentar sebagai kontraktor IT untuk PBB dan ia cepat menyadari bahwa ia lebih suka menjalankan perusahaan sendiri.

Mereka mendapat pelanggan pertama mereka setelah membuat iklan melalui Skype dan menawarkan percobaan gratis. Mereka meminjam uang dari teman untuk membeli komputer dan secara perlahan-lahan usaha mereka makin besar. Perusahaan ini menempati dua apartemen di lantai 5 sebuah gedung di sebuah distrik Gaza yang menghadap Mediterania.

Di kantor itu, puluhan perempuan yang kebanyakan memakai jilbab sibuk bekerja. Satu kelompok memasukkan data pada merek dagang global untuk sebuah perusahaan di Belanda.

Awalnya perusahaan Unit One difokuskan pada pengembangan perangkat lunak dan membuat aplikasi untuk iPhone dan Android, tapi sekarang ada unit yang lebih besar yang menangani pengolahan data.

Sepanjang perjalanan perusahaan itu sudah ada rintangan yang serius, termasuk serangan rezim Israel di Gaza Juli dan Agustus lalu yang menyebabkan gangguan pada staf pegawai dan listrik. Bank-bank di Gaza tidak mudah menerima transfer dari luar negeri.

“Pada awalnya hal itu terasa sulit,” kata Lozon. “Pada tahun 2006, ketika blokade dimulai, kami harus membuka rekening di Tepi Barat,” katanya, mengacu pada wilayah Palestina lainnya yang tidak diberlakukan pembatasan yang sama.

Rezim Israel memberlakukan blokade terhadap Gaza setelah kelompok Islam Hamas merebut kekuasaan pada tahun 2006. Baik Mesir dan rezim Israel terus menerapkan pengawasan ketat terhadap pergerakan barang dan orang dalam dan keluar dari daerah yang terblokade itu, di mana 1,8 juta orang hidup di dalamnya.

Lozon mengatakan perang Gaza sangat mengganggu di dalam sebuah industri di mana kesuksesan tergantung pada pengiriman yang cepat.

“Kami berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaan,” katanya. “Kami memberitahu semua orang bahwa Gaza dapat melakukan pekerjaan tanpa hambatan.” Ditanya tentang keuangan, Lozon menolak untuk menjelaskan secara detail, tapi ia mengatakan perusahaan tersebut menguntungkan dan berkembang. Ketika ia membuka lowongan pekerjaan untuk 10 pekerja baru, ia mendapat 400 pelamar.

“Kami sedang bekerja untuk menjadi seperti Google,” katanya dengan penuh keyakinan.

“Saya berharap bisa menjadikan perusahaan Unit One seperti Google untuk rakyat Gaza, tidak hanya untuk bisnis tetapi juga untuk hiburan.” (T/P009/R11)

Mi’raj Islam News Agency (MINA)

 

Wartawan: Admin

Editor:

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0