Perusahaan Israel Pasok Teknologi ke Myanmar, Sebelum Kudeta

Yangon, MINA – Cognyte, yang sahamnya diperdagangkan di NASDAQ, memenangkan tender untuk menjual spyware pencegat ke perusahaan telekomunikasi yang didukung negara Myanmar, sebulan sebelum kudeta militer pada Februari 2021, menurut dokumen yang ditinjau oleh Reuters dan surat kabar Haaretz Israel.

Seperti dikutip dari Middle East Monitor, Rabu (18/1), dokumen tersebut menunjukkan, Cognyte memenangkan tender pada Desember 2020 untuk memasok sistem spyware ke Myanmar Post and Telecommunications, sebuah perusahaan milik negara yang dikendalikan oleh Kementerian Komunikasi negara tersebut.

Haaretz mengatakan dokumen tersebut mengungkapkan rencana rezim Myanmar untuk memasang alat “intersepsi yang sah” di jaringan semua penyedia telekomunikasi negara tersebut.

Spyware pencegat dapat memberi otoritas kekuatan untuk mendengarkan panggilan, melihat pesan teks dan lalu lintas web, termasuk email, dan melacak lokasi pengguna tanpa bantuan perusahaan telekomunikasi dan internet.

Sementara pemasangan sistem dijadwalkan selesai pada Juni 2021, tidak jelas sudah dikirim atau sudah beroperasi. Sumber di Myanmar mengatakan, perusahaan telekomunikasi pemerintah telah menguji sistem tersebut.

Pada November 2020, sebulan sebelum sistem diakuisisi, partai pemimpin Myanmar, Daw Aung San Suu Kyi, memenangkan pemilu dengan selisih yang besar, sebelum tentara mengklaim adanya kecurangan pemilu, yang menandakan tentara tidak berniat menerima hasil pemilu.

Februari berikutnya, mereka melakukan kudeta, menangkap Aung San Suu Kyi, serta menteri dan anggota parlemen. Dia kemudian dijatuhi hukuman 26 tahun penjara.

Menurut laporan resmi PBB, selama protes setelah kudeta militer, junta militer membunuh sedikitnya 1.600 warga, menangkap 12.000 dan mengeksekusi empat aktivis pro-demokrasi.

Sebuah laporan Departemen Luar Negeri AS mengatakan junta “secara teratur memantau komunikasi elektronik pribadi melalui pengawasan online, ada banyak laporan bahwa rezim memantau pendukung pro-demokrasi. Sebelum kudeta, militer membangun kemampuan perang elektronik dan membeli teknologi pengawasan, termasuk alat peretasan ponsel untuk memantau aktivis pro-demokrasi.

Haaretz mengatakan Cognyte tidak menanggapi permintaan komentar berulang kali. Kementerian Pertahanan Israel juga tidak menanggapi pertanyaan oleh Haaretz, apakah Cognyte telah meminta persetujuan untuk mengikuti tender dan menjual peralatan ke Myanmar dan apakah Kementerian telah menyetujui penjualan tersebut. (T/RE1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)