PESANTREN AL FATAH CILEUNGSI, MENCETAK GENERASI QUR’ANI DAN BERAKHLAK MULIA

MENGHAFAL AL QURANOleh: Neni Reza, Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam STAI Al-Fatah , ,

Siapa yang tidak ingin anaknya menjadi seorang hafiz Qur’an (hafal Qur’an 30 juz)? Siapa yang tidak bangga jika anaknya menjadi hafiz Qur’an pada usia remaja?

Semua orang tua pasti berharap anaknya menjadi anak yang cerdas dan berprestasi. Namun, banyak yang sering keliru dengan pengertinan cerdas. Kebanyakan orang tua hanya menginginkan anaknya cerdas dalam bidang akademis, dan tidak sedikit orang tua yang menyepelekan dengan ilmu agama Islam. Sangat di sayangkan sekali jika sekarang kita belum bisa memahami betapa pentingnya pendidikan Islam.

Sekarang adalah waktunya kita menyadari bahwa pendidikan Islam sangat penting untuk generasi penerus Islam, dan memiliki generasi penerus yang hafiz Qur’an.

Salah satu yang serius melahirkan para penghafal Qur’an itu adalah Pesantren Cileungsi. Pesantren yang membuka pendidikan mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Fatah itu memiliki sekitar 20 cabang dengan nama Al Fatah hampir di seluruh Indonesia itu, terletak di pinggiran kota Bogor. Di Pesantren Al Fatah, bukan hanya orang Sunda yang datang untuk menuntut ilmu, tapi dari berbagai suku bangsa berkumpul di pesantren yang masuk dalam wilayah Bogor Timur itu.

Pesantren yang juga biasa disebut dengan nama “Shuffah” Cileungsi inilah tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik itu pendidikan formal maupun informal seperti kegiatan menghafal Al Qur’an. Shuffah adalah area sekitar masjid di masa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Namun, pengertian itu sedikit berkembang bagi warga Pesantren Al Fatah ini.

Di Shuffah itu, bukan hanya santri yang belajar, tapi semua warga pun mempunyai kewajiban untuk selalu menuntut ilmu dien. Tak heran jika Anda berkunjung ke pesantren itu, maka Anda akan melihat kesibukan warganya selalu dihiasi dengan hal-hal positif yang akan meningkatkan kualitas amal ibadahnya seperti taklim, beramal shalih bersama seluruh warga Shuffah setiap hari Ahad pagi, taklim bulanan dan masih banyak aktifitas lain untuk menggapai keberkahan dari Allah Ta’ala.

Para pengelola pesantren sadar sekali bahwa pergaulan bebas di luar sana sudah menjadi budaya yang dianggap biasa, narkoba, dan hal-hal negatif lainnya. Oleh karena itu, membentengi santri dan warga Shuffah dengan selalu menguatkan akidah agar terhindar dari berbagai kemaksiatan itu merupakan sebuah keharusan.

Sejarah Singkat

Mendidik generasi Qur’ani dengan pondasi akhlakul karimah adalah salah satu tujuan Pesantren Al Fatah. Sebagian alumni Pesantren Al Fatah telah melanjutkan pendidikan di LIPIA Jakarta, Sudan, Yaman, Mesir hingga Palestina itu. “Alhamdulillah, sebagian alumni pesantren ini ada yang sudah melanjutkan kuliah di luar negeri,” kata Wahyudi KS, selaku Mudir Aam (Pemimpi Pesantren Al Fatah Cileungsi).

Sejarah terbentuknya Pesantren Al Fatah Cileungsi Bogor bermula dari terbentuknya masjid kecil dan beberapa warga Shuffah. Salah satu warga pertama pesantren yang membidani lahirnya Pesantren Al Fatah itu adalah Ustadz Aji Muslim beserta keluarganya sejak 1981 lalu.

Sebelum berubah menjadi pendidikan formal seperti sekarang ini, Pesantren Al Fatah dulu bernama Whusto (setingkat pendidikan setara Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan Thahosus (setara dengan D3), bagi yang telah menjalani pendidikan Thahosus bisa melanjutkan S1 hanya dengan waktu dua tahun saja. Sekitar 1994 terbentuklan MTs, MA, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Raudhatul Athfal (RA), dan PAUD, dan akhirnya berlangsung sampai saat ini.

Menurut Wahyudi yang lahir di Garut 20 April 1968, program yang ada di pesantren ini yaitu reguler dan tahfiz (menghafal Al Qur’an). “Ada perbedaan antara kedua program ini, terutama untuk tahfiz Quran. Anak-anak yang mengambil jurusan tahfiz Qur’an lebih diutamakan untuk mengkaji Al Qur’an dan mempelajri ilmu syar’i. Mereka lebih di khususkan agar lebih banyak belajar di masjid daripada di kelas,” jelasnya.

Sedangkan untuk santri kelas reguler menurutnya, lebih banyak belajar di dalam kelas dan mempelajari ilmu akademis. Namun begitu, santri regular ini tetap di tekankan untuk menghafal Al Qur’an, dan hal ditetapkan sebagai syarat kelulusan minimal lima juz untuk kelas reguler.

Di Pesantren Al Fatah, para santri tidak hanya diberikan ilmu syar’i tapi juga ilmu kemasyarakatan. Maka tak heran mereka mempunyai kesempatan yang begitu luas untuk berbaur langsung dengan warga setempat dengan harapan kelak ketika lulus, para santri itu sudah terbiasa terjun dan berbaur di tengah-tengah masyarakat dimana mereka berada. “Tentunya untuk memberikan kontribusi positif dan bermanfaat bagi masyarakat,” tegas Wahyudi.

Wahyudi yang juga seorang da’i itu menambahkan, saat ini Pesantren Al Fatah telah bekerjasama dengan lima perguruan tinggi di Sudan, yang siap memberikan beasiswa untuk siswa berprestasi agar bisa kuliah gratis di sana. “Tentu ini adalah nikmat dari Allah Ta’ala yang patut disyukuri,” jelasnya.

Beberapa prestasi yang pernah diraih Pesantren Al Fatah antara lain; santri Al Fatah pernah menjadi utusan untuk menjadi pengajar tahfiz Qur’an di Sekolah Menengah Imtiyaz Malaka Malaysia. Selain itu, banyak lulusan Al Fatah diterima di LIPIA Jakarta, Sudan, Yaman, Gaza, Unmul, Unpad, UIN Jakarta, dan beberapa universitas ternama lainnya. Prestasi lainnya yang pernah diraih Al Fatah antara lian pernah menjadi juara 1 KSM Kimia tingkat Kabupaten Bogor dan juara 1 KSM Fisika tingkat KKM.

Semua prestasi itu tentu diraih atas pertolongan Allah Ta’ala semata. Semoga kedepan Pesantren Al Fatah bisa terus meningkatkan kualitasnya sehingga bisa melahirkan lebih banyak lagi para pemimpin yang menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai rujukan dalam setiap mengambil keputusan. Dengan demikian, Islam akan terus berjaya dan rahmatnya akan terasa bagi semesta alam.

Harapan senada juga disampaikan oleh Wahyudi KS dimana kelak para alumni Pesantren Al Fatah ini bisa mengamalkan ilmunya di jalan yang benar. “Apa pun profesi yang mereka miliki, yang terpenting dan utama adalah mereka tetap memiliki akidah yang kuat dan tetap menjalankan syariat Islam,” pungkasnya. (T/nrz/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

Comments: 0