Doha, MINA – Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian bertemu di Doha, membahas perkembangan pertempuran yang sedang berlangsung antara kelompok Palestina dan Israel, menurut sebuah pernyataan.
Pada Pertemuan yang digelar Sabtu (14/10) malam itu, kedua tokoh sepakat “melanjutkan kerja sama untuk mencapai semua tujuan perlawanan dan rakyat Palestina.” Anadolu melaporkan.
Pernyataan Hamas mengatakan diplomat tinggi Iran itu meninjau tur regionalnya dan pertemuan dengan para pejabat mengenai pertempuran antara Palestina dan Israel.
Amir-Abdollahian menegaskan kembali dukungan Iran kepada rakyat Palestina dan perlawanannya terhadap kejahatan Israel.
Baca Juga: ICC Perintahkan Tangkap Netanyahu, Yordania: Siap Laksanakan
Menteri luar negeri Iran tiba di Doha Sabtu pagi dan bertemu dengan para pejabat tinggi. Ia juga mengunjungi Lebanon dan Suriah di mana pertemuannya berfokus pada perkembangan terkini di Gaza.
Iran dianggap sebagai pendukung utama Hamas dan dituduh oleh negara-negara Barat dan Israel menyediakan senjata kepada kelompok perlawanan dan kelompok Palestina lainnya.
Pasukan Israel melancarkan kampanye militer yang berkelanjutan dan kuat terhadap Jalur Gaza satu pekan yang lalu sebagai tanggapan atas serangan militer oleh kelompok Palestina Hamas di wilayah Israel.
Konflik ini dimulai pada 7 Oktober, ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa melawan Israel, sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut dan udara.
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan di Bawah Mediasi Tiongkok
Hamas mengatakan operasi tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Respons tersebut telah meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang telah mengalami pengepungan yang melumpuhkan sejak tahun 2007, serta memerintahkan lebih dari 1 juta warga Gaza di jalur utara untuk mengungsi ke jalur Selatan dalam waktu 24 jam.
Lebih dari 3.500 orang telah tewas sejak pecahnya konflik pada 7 Oktober, termasuk 2.215 warga Palestina dan 1.400 warga Israel. (T/R7/P2)
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Arab Minta Dunia Internasional Terus Beri Dukungan untuk Palestina