London, MINA – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengungkapkan, Pemerintah Inggris telah membuat rencana darurat apabila ia menghadapi kematian ketika kondisinya memburuk saat berjuang melawan COVID-19 di rumah sakit bulan lalu.
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar The Sun pada Ahad (3/5), Johnson mengatakan, para dokter memberinya “liter demi liter oksigen” untuk membuatnya tetap hidup.
Namun, Johnson (55) telah kembali bekerja pada Senin (27/4), sebulan setelah dinyatakan positif COVID-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona baru, demikian dikutip dari Al Jazeera.
Mulanya dia 10 hari dalam isolasi di kediaman resminya, Downing Street 10, sejak akhir Maret, tetapi kemudian karena kondisinya memburuk dia dibawa ke Rumah Sakit St Thomas di London.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Tempat dia menerima perawatan oksigen dan dalam perawatan intensif selama tiga malam.
“Mereka memiliki strategi untuk menghadapi skenario tipe ‘kematian Stalin’,” kata Johnson tentang kesembuhannya kepada The Sun. “Itu adalah momen tua yang sulit. Saya tidak akan menyangkalnya. ”
“Saya tidak dalam kondisi yang sangat brilian, dan saya sadar ada rencana darurat di tempat,” tambahnya.
Setelah Johnson dipulangkan, St Thomas mengatakan “senang telah merawat Perdana Menteri,” tetapi rumah sakit tidak memberikan rincian tentang beratnya penyakitnya selain menyatakan bahwa ia dirawat dalam perawatan intensif.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Komentar Perdana Menteri itu muncul ketika pemerintah mengumumkan 621 kematian lagi oleh wabah itu pada 1 Mei, menjadikan jumlah keseluruhan menjadi 28.131, tepat di belakang negara yang paling parah dilanda di Eropa, Italia. (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas