Baghdad, MINA – Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi mengatakan pada Jumat (29/11), ia akan mengajukan pengunduran dirinya ke parlemen, sehari setelah lebih dari 40 orang tewas oleh pasukan keamanan.
Sebelumnya juga ulama Syiah Irak menyeru anggota parlemen untuk menarik dukungannya kepada Abdul-Mahdi.
Dalam sebuah pernyataan, Abdul-Mahdi mengatakan, dia “mendengarkan dengan penuh perhatian” terhadap khotbah ulama besar Ayatullah Ali Al-Sistani dan membuat keputusan dalam menanggapi seruannya.
“Saya akan mengajukan memorandum resmi pengunduran diri dari perdana menteri saat ini sehingga parlemen dapat meninjau kembali pilihannya,” katanya, demikian Times of Israel melaporkan.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Abdul-Mahdi diangkat sebagai perdana menteri lebih dari setahun yang lalu sebagai kandidat konsensus antara blok politik.
Dalam khotbah jumatnya di kota Najaf, Al-Sistani mengatakan, parlemen yang memilih pemerintah Abdul-Mahdi harus “mempertimbangkan kembali pilihannya”.
Pada hari itu, tiga pengunjuk rasa tewas dan delapan lainnya luka-luka oleh pasukan keamanan yang menggunakan peluru langsung di kota selatan Nasiriyah, di tengah kekerasan yang berlanjut setelah pertumpahan darah sehari sebelumnya.
Setidaknya 400 pengunjuk rasa telah tewas sejak 1 Oktober, ketika ribuan warga Irak turun ke jalan-jalan di Baghdad dan provinsi-provinsi selatan untuk mengecam korupsi, layanan yang buruk, dan kurangnya lapangan kerja. Pasukan keamanan telah menggunakan tembakan langsung, gas air mata dan bom asap untuk membubarkan massa. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama