Baghdad, MINA – Perdana Menteri Irak Haedar Al-Abadi terperangkap dalam posisi menyikapi sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran.
Al-Abadi telah menghadapi kampanye kritik keras sejak pekan lalu atas keputusannya untuk mengikuti sanksi ekonomi baru AS yang dikenakan pada Iran.
Pejabat pemerintah mengatakan, menentang sanksi AS akan menempatkan bank Irak pada daftar hitam Washington dan menghentikan penjualan minyak. Kondisi itu kemungkinan akan membuat Baghdad tidak mampu membayar kewajiban keuangan eksternal dan domestik, termasuk gaji.
Pejabat keuangan mengatakan kepada Arab News, Al-Abadi pekan lalu mengeluarkan instruksi untuk menghentikan transaksi keuangan bank-bank milik negara dengan Iran dan menghentikan impor bahan apa pun dari Iran yang membutuhkan pembayaran dalam bentuk dolar AS.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Namun, keputusan Perdana Menteri untuk mematuhi sanksi AS dapat membuatnya kehilangan masa depan politiknya dan mengakhiri ambisinya untuk memenangkan masa jabatan kedua sebagai perdana menteri.
Kampanye kritik yang dipimpin oleh pasukan yang didukung Iran di Irak dimulai ketika Al-Abadi mengatakan pada hari Selasa (7/8), pemerintahnya harus mematuhi sanksi AS “untuk melindungi kepentingan rakyat Irak.” (T/RI-1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Trump Disebut Menentang Rencana Israel Aneksasi Tepi Barat