Jakarta, MINA – Perdana Menteri (PM) Palestina Muhammed Shtayyeh mengatakan, yang dibutuhkan negaranya saat ini dari Indonesia bukanlah menjadi penengah atau mediator, namun berada di pihak perdamaian dan keadilan bagi rakyat Palestina.
Hal tersebut ia sampaikan untuk menjawab pertanyaan mengenai isu normalisasi hubungan Indonesia dengan Israel yang salah satu manfaatnya adalah agar RI dapat menjadi mediator perdamaian antara Palestina dan Israel.
“Masalahnya bukan tentang mediasi, masalahnya adalah tentang niat. Israel memiliki semua niat bukan untuk mengakhiri pendudukan,” ujar Shtayyeh dalam Konferensi pers di Jakarta, Selasa (25/10).
Ia menyebut beberapa negara telah lama melakukan mediasi seperti Eropa, kemudian Amerika Serikat sejak 1991, dan Norwegia sejak 1993, namun hingga kini keadilan dan perdamaian di Palestina belum terwujud, malahan Israel semakin leluasa menjajah Palestina.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Menurutnya, normalisasi dengan Israel hanya semakin membuat rakyat Palestina menderita dan perdamaian serta keadilan sulit terwujud.
“Masalah yang akan saya beritahukan kepada Anda, setiap pengakuan Israel hari ini adalah dorongan bagi Israel untuk membunuh lebih banyak orang Palestina, pengakuan apapun terhadap Israel hari ini adalah dorongan untuk melanggengkan pemukiman. Jadi Israel harus dibuang, tidak diakui,” ujar Shtayyeh.
Maka dari itu, Shtayyeh yakin, Indonesia akan selalu berdiri kokoh di pihak Palestina sempai menjadi negara yang berdaulat dengan perbatasan 1967.
“Inilah yang kami dengar dari presiden dan saya berterima kasih padanya untuk itu,” ujarnya.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
PM Shtayyeh dan Menteri Luar Negeri Palestina berada di Indonesia untuk melakukan beberapa pertemuan, termasuk dengan Presiden RI Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (24/10). (T/RE1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian