Ankara, 12 Safar 1436/5 December 2014 (MINA) – Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu mengatakan, kebijakan kesetaraan gender di negara-negara maju memicu tingkat bunuh diri yang sangat tinggi.
“Mengapa Produk Nasional Bruto (PDB) di negara-negara yang paling maju, tingkat pertumbuhan tertinggi di satu sisi, tetapi tingkat bunuh diri juga di tertinggi di sana, khususnya di Skandinavia. Kenapa?,”tanya Davutoglu, sebelum mengutip sistem mekanisme kesetaraan gender.
Berbicara pada pertemuan yang diselenggarakan cabang perempuan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), perdana menteri menekankan pentingnya ibu sesuai ajaran Islam.
Ia menyatakan pemerintahannya sebagai “juara” tentang masalah tersebut. Hurriyet Daily News melaporkan dan dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jum’at (5/12).
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Selain itu, ia juga menyinggung isu kekerasan terhadap perempuan. “Siapa pun yang menggunakan kekerasan terhadap perempuan, dia benar-benar menampilkan kelemahan dan aib sendiri,” katanya.
“Tidak peduli, apakah itu di jalan, apakah itu adalah di antara keluarga, bahkan oleh seorang ayah terhadap anak perempuannya dalam bentuk tamparan di wajah walau dikatakan sebagai tanda kasih sayang, tapi itu akan meninggalkan jejak yang mendalam di hati anak-anak,” kata Davutoglu menambahkan.
Menurutnya, kekerasan terhadap wanita sebagai tindakan rasis terhadap kehormatan manusia.
“Kekerasan terhadap seorang wanita yang dianggap lemah, semua ini adalah rasis secara langsung kepada kehormatan manusia, dan untuk melawan rasis ini adalah misi bagi kita semua,” tambahnya.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Ia menyatakan, sejak AKP yang berdasar Islam berkuasa pada 2002 lalu, telah ada kemajuan besar dalam representasi perempuan di parlemen.
“Mengutip fakta bahwa 14,5 persen dari anggota AKP terpilih dalam pemilihan parlemen terbaru 2011 adalah perempuan,” katanya.
Menjelaskan konsep “mekanisme kesetaraan gender”, Davutoglu mengkritik kebijakan kesetaraan gender di Skandinavia. Menurutnya, kesetaraan gender itu adalah dalam hal kehormatan untuk jenis kelamin yang berbeda.
“Mereka mengatakan kesetaraan gender sebagai ‘kesetaraan mekanis’ mulai menghancurkan hubungan yang saling melengkapi dalam kehidupan,” katanya.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
“Itu sebabnya, karena perempuan kami memenuhi misi ilahi untuk menjaga kelestarian manusia, maka mereka memiliki hak untuk beristirahat sebelum dan setelah menjadi seorang ibu serta waktu luang untuk anak-anak mereka. Pemberian ini bukan bantuan, itu hanya membayar utang, ” tambahnya.
Davutoglu menyatakan, saat ini yang diperlukan manusia adalah kasih sayang keluarga lebih dari sebelumnya.
Sementara itu, aktivis dan pengacara hak-hak perempuan sering mengkritik pemerintah AKP, yang dipimpin Perdana Menteri Davutoglu. Sikap serupa juga diambil Recep Tayyip Erdogan sebagai Perdana Menteri dari tahun 2003-2014, kemudioan ia terpilih menjadi presiden pada Agustus yang baru lalu.
Turki peringkat ke-120 dari 136 negara pada tahun 2013 pada tingkat “Gender Gap Forum Ekonomi Dunia”, turun 15 tempat sejak 2006. (T/P011/P02)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB