London, MINA – Polisi Inggris membuka penyelidikan pembunuhan terhadap 39 orang, termasuk setidaknya satu remaja, yang ditemukan di dalam sebuah truk di sebuah taman industri di Grays, sekitar 32 km (20 mil) timur London pusat pada Rabu (23/10) pagi.
Polisi yang bekerja untuk mengidentifikasi korban sejauh ini menolak untuk mengungkapkan rincian tentang mereka, tetapi diyakini truk itu telah melakukan perjalanan dari pelabuhan Zeebrugge di Belgia ke Purfleet di Sungai Thames di Essex, berlabuh di daerah Thurrock tak lama setelah pukul 12:30 waktu setempat pada Rabu.
“Purfleet adalah apa yang kami sebut sebagai pelabuhan roll-on-roll-off,” kata Mark Simmonds, kepala kebijakan dan urusan eksternal di British Ports, kepada Al Jazeera.
Rute Calais-Dover, sebagai perbandingan, adalah rute feri yang membawa dan melihat pengemudi membawa truknya ke sisi lain. Di Purfleet truk mencapai Inggris tanpa pengawalan.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Di pelabuhan tanpa pendamping, pengemudi akan menurunkan trailer di pelabuhan, pelabuhan akan memuat trailer ke kapal dan pengemudi yang berbeda akan mengambilnya di tempat lain dan membuangnya,” jelas Simmonds.
Seorang lelaki berusia 25 tahun dari Irlandia Utara telah ditangkap karena dicurigai melakukan pembunuhan, sementara Kementerian Luar Negeri Bulgaria mengatakan, truk itu telah didaftarkan di Varna ke sebuah perusahaan milik seorang wanita Irlandia.
Tragedi ini menyoroti masalah perdagangan manusia dan meningkatnya sekuritisasi perbatasan internal dan eksternal Uni Eropa.
Ini bukan pertama kalinya sesuatu seperti itu terjadi. Pada 27 Agustus 2015, polisi Austria menemukan 71 mayat – termasuk delapan anak – di dalam sebuah truk di sepanjang jalan raya A4.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Di Inggris, tragedi yang paling dikenal dari jenis itu terjadi pada tahun 2000, ketika 58 orang Cina ditemukan tewas dalam sebuah kontainer truk di daerah Dover, Kent. (T/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas