Laporan wartawan MINA, Widi Kusnadi di Lombok
Dua kali gempa besar yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam sepekan terakhir masih menyisakan duka mendalam bagi masyarakat Indonesia. Ramai-ramai berbagai lembaga kemanusiaan mengirimkan bantuan ke Lombok dan sekitarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang sebelumnya menetapkan masa tanggap darurat hingga Sabtu 11 Agustus memperkirakan bakal menambah masa tanggap darurat hingga waktu yang belum ditentukan karena kondisi yang belum kondusif.
Gempa itu telah merenggut setidaknya 91 jiwa dan 209 orang mengalami luka-luka. Jumlah itu mungkin masih bisa bertambah mengingat evakuasi terhadap korban masih terus dilakukan oleh tim gabungan BNPB, TNI, Polri, dan Basarnas.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Namun, ada yang tak kalah penting dari nyawa pasien. Dari pengamatan wartawan Mi’raj News Agency (MINA) terhadap para relawan yang saat ini berada di RS Tanjung Lombok Utara, nyawa yang harus diselamatkan adalah daya ponsel (telepon seluler) mereka.
Beberapa wilayah Lombok masih mengalami pemadaman listrik. Ini menambah kesan yang tak terlupakan bagi para relawan untuk mencari charger.
Dari beberapa relawan dan tim dokter yang ditemui di lokasi, pertama kali yang mereka tanyakan kepada rekannya atau petugas setempat adalah dimana terminal listrik untuk bisa mengisi ulang daya baterei ponsel mereka.
Ia seakan menjadi penyambung nyawa kedua bagi relawan untuk melanjutkan misi kemanusiaan nya di lokasi bencana. Ya, colokan listrik menjadi dewa yang senantiasa dipuja dan diharap keberadaannya
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Fungsi ponsel bagi para relawan sangat vital. Selain sebagai sarana komunikasi dengan keluarga dan kerabat di kampung halaman, ia juga bisa menjadi sahabat di kala sendiri, teman untuk menghibur diri (dengan lagu yang telah disimpan). Selain Itu juga untuk mengabadikan kenangan dengan selfi.
Tanpa adanya nyawa ponsel, mereka seakan hidup di alam berbeda, jauh dari peradaban dan seakan tinggal di zaman purba. Hampir setiap base camp relawan yang kami jumpai di sana selalu berjejer terminal listrik yang penuh dengan charger ponsel yang sedang dicharge
Oh, ponselku, tanpamu hidup para relawan terasa hampa. (A/P2/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa