Kolombo, MINA – Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa melarikan diri sesaat sebelum pengunjuk rasa menyerbu kompleks rumahnya dan kantornya di Kolombo pada hari Sabtu (9/7), sebuah kantor berita melaporkan.
Yang lain mengatakan, dia dipindahkan dari kediaman resminya pada hari Jumat demi keselamatannya menjelang rapat umum yang direncanakan.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe menyeru pertemuan darurat para pemimpin partai untuk membahas situasi dan mencapai resolusi cepat, Press TV melaporkan.
Siaran langsung Facebook dari dalam rumah Presiden menunjukkan ratusan pengunjuk rasa, memadati ruangan dan koridor, meneriakkan slogan menentang Rajapaksa.
Baca Juga: India Pertimbangkan Terima Duta Besar Taliban karena Alasan Tiongkok
Pulau berpenduduk 22 juta orang itu sedang berjuang dengan krisis ekonomi terburuknya sejak kemerdekaan pada tahun 1948, di tengah kekurangan devisa yang parah yang membatasi impor bahan bakar, makanan dan obat-obatan.
Marah oleh krisis ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resmi Presiden.
Melonjaknya inflasi, pada rekor 54,6% pada bulan Juni dan diperkirakan akan mencapai 70% dalam beberapa bulan mendatang, telah menambah kesulitan pada populasi.
Para pemimpin negara itu mencari bailout $3 miliar dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang didominasi AS dan restrukturisasi beberapa utang luar negeri, tetapi tawaran putus asanya tidak terjawab.
Baca Juga: Trump Terkejut Atas Penolakan Mesir dan Yordania Soal Relokasi Warga Gaza
Ketidakpuasan telah memburuk dalam beberapa pekan terakhir karena negara yang kekurangan uang itu berhenti menerima pengiriman bahan bakar, memaksa penutupan sekolah serta menghentikan penjatahan bensin dan solar. (T/RI-1/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lavrov: G20 Sambut Baik Perundingan Rusia-AS di Riyadh