Khortum, MINA – Presiden Sudan Omar al-Bashir mengatakan pada Kamis (3/1), dia disarankan menormalkan hubungan dengan Israel untuk memperbaiki situasi di negaranya.
Namun, tanpa menyebutkan siapa yang memberi saran, Bashir mengatakan dia percaya bahwa “rezeki ada di tangan Tuhan”, demikian Anadolu Agency melaporkan.
Berbicara saat pertemuan dengan para pemimpin Sufi di sebuah wisma tamu di ibukota, ia juga mengomentari kekerasan selama protes berlangsung di Sudan.
“Kami tidak membunuh orang untuk membalas dendam. Kami datang untuk memberi mereka lingkungan yang aman, kehidupan yang terhormat dan sejahtera,” ujarnya.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Menyadari bahwa tujuan pemerintah dan kewajiban negara adalah untuk melindungi rakyat dan harta benda mereka, Bashir menyesalkan harta benda warga dan lembaga-lembaga negara dibakar dan pusat-pusat keamanan diserang dalam demonstrasi-demonstrasi yang meletus karena krisis ekonomi negara itu.
Berbicara kepada Federasi Serikat Pekerja Sudan, Bashir menyalahkan negara-negara Barat yang dipimpin oleh AS karena menyebabkan krisis. Dia juga berjanji untuk menyelesaikan krisis itu.
Protes dimulai sejak 19 Desember, karena meningkatnya frustasi publik atas tingginya inflasi dan kelangkaan akut bahan baku.
Beberapa pengunjuk rasa telah menyerukan pengunduran diri Bashir. Pihak berwenang mengatakan, setidaknya 19 orang tewas dalam demonstrasi, namun menurut kelompok oposisi, korban tewas mendekati 40.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Pihak berwenang telah memberlakukan keadaan darurat di beberapa bagian negara itu, sementara beberapa pejabat pemerintah menuduh Israel berkonspirasi dengan kelompok pemberontak untuk mengacaukan negara.
Sebagai negara berpenduduk 40 juta jiwa, Sudan telah berjuang untuk pulih dari kehilangan tiga perempat dari produksi minyaknya, ketika Sudan Selatan memisahkan diri pada 2011. (T/Ast/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa